Pendahuluan
Kondisi kesehatan di Indonesia memiliki tantangan besar yang membutuhkan perhatian luas dari pemangku kepentingan. Kondisi pandemi COVID-19 yang melakukan banyak gangguan terhadap pelayanan kesehatan dan dampak sosial ekonomi lainnya melahirkan agenda kebijakan Kementerian Kesehatan untuk melakukan transformasi sistem kesehatan. Tujuan dari transformasi sistem kesehatan untuk meningkatkan efektifitas, akuntabilitas, dan pemerataan pelayanan kesehatan. Outcome yang diharapkan dari transformasi salah satunya adalah memperbaiki pengendalian penyakit. Untuk mencapai outcome tersebut, Kementerian Kesehatan merancang enam pilar transformasi yaitu: 1) pelayanan primer; 2) pelayanan primer; 3) sistem ketahanan kesehatan; 4) sistem pembiayaan kesehatan; 5) SDM Kesehatan; dan 6) teknologi kesehatan (lihat gambar 1).
Stunting dan wasting adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia, yang berdampak pada jutaan anak setiap tahunnya. Stunting mengacu pada tinggi badan anak yang terlalu rendah untuk usianya. Ini menunjukkan kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang sedangkan wasting mengacu pada berat badan anak yang terlalu rendah untuk tinggi badannya. Ini menunjukkan kondisi kekurangan gizi akut. Meskipun wasting dan stunting adalah kondisi yang berbeda, mereka sering kali saling terkait. Anak yang mengalami wasting memiliki risiko 3 kali lebih tinggi untuk mengalami stunting jika tidak segera ditangani dan anak stunting berisiko 1,5 kali lebih tinggi menjadi wasting dibandingkan dengan anak gizi baik. Risiko kematian akan meningkat jika anak mengalami dua permasalahan gizi ini (wasting dan stunting) secara bersamaan. Menurut laporan UNICEF, WHO, dan Bank Dunia, pada tahun 2020, sekitar 149 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting, dan 45 juta anak mengalami wasting di seluruh dunia. WHO memperkirakan bahwa sekitar 45% dari semua kematian anak di bawah usia lima tahun terkait dengan kekurangan gizi, termasuk wasting dan stunting. Ini menunjukkan besarnya kontribusi kekurangan gizi terhadap kematian anak secara global. Selain itu, stunting dan wasting tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik dan kognitif anak, tetapi juga berdampak negatif pada potensi ekonomi dan pembangunan bangsa secara keseluruhan.
Di Indonesia, menurut survei SSGI 2022, prevalensi balita stunting sebesar 21,6% dan prevalensi balita wasting sebesar 7,7% pada tahun 2022. Prevalensi stunting relatif stagnan pada temuan SKI 2023, yaitu di angka 21,5% sedangkan prevalensi wasting naik 0,6% dibandingkan saat survei SSGI 2021. Perlu diakui progress ini belum dapat memenuhi target RPJMN 2020-2024 yang menargetkan prevalensi stunting sebesar 14% dan prevalensi wasting sebesar 7% di tahun 2024. Prevalensi stunting dan wasting yang masih cukup tinggi menunjukkan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mengurangi prevalensi stunting dan wasting, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan, praktik pemberian makan yang tidak memadai, serta sanitasi dan kebersihan yang buruk. Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan perubahan mendasar dalam kebijakan kesehatan melalui penerapan prinsip transformasi kebijakan. Prinsip ini melibatkan perubahan yang komprehensif dan terintegrasi dalam pendekatan kebijakan kesehatan, termasuk penyesuaian pada strategi intervensi, alokasi sumber daya, dan penguatan koordinasi antar-sektor yang berfokus pada upaya pencegahan dan penanganan stunting dan wasting. Transformasi kebijakan kesehatan diharapkan mampu memberikan respons yang lebih efektif terhadap masalah stunting dan wasting di Indonesia dan mendukung pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mencapai target pembangunan nasional dan global.
Melalui Forum Nasional XIV, PKMK bersama Jejaring Kebijakan Kesehatan Indonesia (JKKI) akan membahas terkait prinsip transformasi kebijakan untuk mengurangi beban masalah stunting dan wasting dengan memanfaatkan platform digital yang dapat diakses pada laman https://kebijakan-stunting.net/kebijakan-stunting-di-indonesia/.
Target Pemangku Kepentingan
Fornas XIV diharapkan dapat melibatkan pemangku kepentingan dari pengambil keputusan, akademisi, penyedia layanan kesehatan, peneliti, pemerhati dan masyarakat secara luas. Detail target pemangku kepentingan yang akan dilibatkan sebagai pembicara dan/atau peserta sebagai berikut:
Tenaga medis dan tenaga kesehatan:
- Dokter Spesialis Anak
- Dokter Spesialis Gizi Klinik
- Dokter
- Nutrisionis
- Bidan
- Perawat
- Tenaga kesehatan lainnya
Masyarakat umum:
- Pengambil keputusan nasional dan daerah
- Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
- Akademisi bidang gizi, kesehatan masyarakat, kebijakan kesehatan, dll
- Peneliti, konsultan dan pemerhati bidang gizi, kesehatan masyarakat, kebijakan kesehatan, dll
- Masyarakat, organisasi profesi, mahasiswa
Tujuan
Secara umum Fornas XIV bertujuan untuk memperkenalkan inovasi platform digital dalam Dashboard Sistem Kesehatan yang berisikan prinsip transformasi kesehatan dalam kebijakan stunting dan wasting. Tujuan detail lainnya adalah:
- Membahas masalah stunting dan wasting di tingkat daerah dan nasional dalam prinsip transformasi kesehatan yang digambarkan secara digital
- Membahas strategi kebijakan kesehatan terkait pencegahan dan penanganan stunting dan wasting yang berkualitas dan ekuitas untuk melaksanakan transformasi sistem kesehatan dalam menuju Indonesia Emas 2045
- Memperkuat jejaring kebijakan kesehatan terkait pencegahan dan penanganan stunting dan wasting dari berbagai stakeholders melalui platform digital kesehatan
Kompetensi
Fornas XIV diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pemangku kepentingan yang terlibat untuk:
- Memahami tantangan pencegahan dan penanganan stunting dan wasting di tingkat daerah dan nasional dengan menggunakan prinsip transformasi kesehatan digambarkan secara digital
- Memahami strategi kebijakan kesehatan untuk masalah stunting dan wasting yang berkualitas dan ekuitas berdasarkan prinsip transformasi sistem kesehatan
- Menjalin jejaring kebijakan kesehatan dari berbagai stakeholder untuk mencegah dan menangani masalah stunting dan wasting berbasis prinsip transformasi sistem kesehatan yang tergambarkan secara digital
Informasi Ujian
Untuk mendapatkan sertifikat ber-SKP pada kegiatan ini , peserta dapat mempelajari kembali video dan materi yang sudah tersedia.
ujian akan diselenggarakan pada 5 – 17 November 2024 melalui Plataran sehat kemenkes RI.
Waktu (WIB) |
Agenda |
Narasumber |
Reportase | ||
10:05 – 10:10 |
Pengantar: Prof. dr. Laksono Trisnantoro, Msc, PhD |
|
10.10 – 10.25 |
Sistem Digital Kebijakan untuk Menekan Beban Masalah Stunting dan Wasting dalam Transformasi Kebijakan Kesehatan |
|
10.25 – 10.45 |
Pemahaman tentang Stunting dan Wasting: Definisi, Dampak, dan Kondisi di Indonesia |
|
10.45 -11.05 |
Transformasi Kebijakan Kesehatan: Pendekatan Intersektoral dan Terpadu dalam Mengatasi Masalah Stunting dan Wasting |
|
11.05 – 11.35 |
Pembahas Dr. Siti Helmyati, DCN., M.Kes – Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Dachlan Khaerun, SKM, MKM – Ketua tim kerja percepatan penurunan stunting , Direktorat Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI |
|
11.35 – 11.55 |
Diskusi dan tanya jawab |
LMS Plataran Sehat
Kontak Person
Cintya / 082221377408
Reportase Kegiatan
Forum Nasional (FORNAS) Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia (JKKI) XII tahun 2024 berlangsung pada 14–17 Oktober 2024 secara hybrid. Acara ini diselenggarakan oleh JKKI yang bekerjasama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK – KMK) dengan mengambil tema besar, yaitu Transformasi Kesehatan untuk Meningkatkan Layanan Kanker, Jantung, Stroke dan Uronefrologi dalam Mencapai Tujuan UU Kesehatan, PP Kesehatan dan Indonesia Emas 2045.
FORNAS sesi pagi hari kedua (Rabu, 16/10/2024) terbagi ke dalam tiga topik terkait tenaga kesehatan, stunting dan wasting, serta diabetes melitus. Ada pun topik terkait stunting dan wasting memiliki tema spesifik, yaitu Pengenalan Platform Digital untuk Menggambarkan Penggunaan Prinsip Tranformasi Kebijakan Kesehatan dalam Mengurangi Beban Masalah Stunting dan Wasting dan dibuka dengan pendahuluan oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D selaku ketua JKKI. Laksono berharap agar kebijakan stunting mulai dapat disusun dengan cara pandang dari perspektif transformasi kesehatan karena penurunan angka stunting yang cukup mengagetkan, yaitu hanya sebesar 0,1%. Laksono memperkenalkan website dari PKMK mengenai stunting yang menampilkan dashboard tentang Kebijakan Stunting di Indonesia yang dapat membantu analisis kebijakan, terutama di era kepemimpinan presiden yang baru nanti.
Pemaparan materi inti dipandu oleh Mutiara Tirta Prabandari Lintang Kusuma, Ph.D yang merupakan dosen dan peneliti dari Departemen Gizi Kesehatan, FK-KMK selaku moderator. Tia memperkenalkan pembicara pertama yaitu Monita Destiwi, MPA yang memaparkan materi tentang Sistem Platform Digital Kebijakan untuk Menekan Beban Masalah Stunting dan Wasting dalam Transformasi Kebijakan Kesehatan. Monita menyampaikan tentang beban stunting dan wasting di Indonesia, yang mana penurunan stunting hanya 0,1% dan kasus wasting justru meningkat sebesar 7,7%. Monita menegaskan perlunya “kelompok atau masyarakat atau penggiat” dalam melakukan transformasi untuk menurunkan stunting dan wasting, yang juga dibantu oleh pemerintah secara lintas sektor, profesional tenaga kesehatan dan medis, dan lainnya, baik di level nasional maupun regional. Monita menambahkan bahwa penggunaan platform digital ini dalam membantu pengurangan beban stunting dan wasting perlu dilaksanakan secara berkelanjutan.
Selanjutnya, dr. Rina Pratiwi, Msi. Med, Sp. A (K), selaku dokter spesialis konsultan nutrisi dan penyakit metabolik anak, hadir secara online dan menjelaskan pentingnya identifikasi stunting dan wasting secara klinis untuk para dokter tenaga kesehatan terkait. Rina memaparkan cara penilaian pertumbuhan dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang/tinggi badan yang benar sesuai standar antropometri sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020. Rina mengakhiri materinya dengan menyampaikan dampak negatif stunting dan wasting, alur penapisan, dan jenis layanan yang diperlukan.
Pemapar materi terakhir adalah dr. Jusi, Febrianto, MPH, yang mengangkat topik Transformasi Kebijakan Kesehatan: Pendekatan Intersektotral dan Terpadu dalam Mengatasi Masalah Stunting dan Wasting. Jusi memaparkan topik spesifik yang mengangkat tema spesifik, yaitu strategi pemanfaatan alat pantau kinerja intervensi spesifik untuk mempercepat penurunan angka prevalensi stunting di Kabupaten Purbalingga. Jusi menggunakan STAR MODEL dalam mendiagnosis stunting dan wasting serta mendapatkan komponen permasalahan dalam hal strategi, struktur, bussines proccess, reward sytsem, dan sumber daya manusia. Jusi juga menyampaikan tujuan penanganan stunting dan wasting yang telah digodok baik dalam jangka waktu pendek, menengah, dan panjang melalui strategi branding yang dikenal dengan slogan “Aja Klalen Sedulur, Mayuh NGAPAKE (Nganggo Alat PAntau Kinerja Intervensi SpEsifik Stunting), Bablas Stuntinge.”
Setelah seluruh materi dipaparkan, terdapat dua orang pembahas yaitu Dr. Siti Helmiyati, DCN, MKes., kerap disapa dengan sebutan Bu Memi, yang hadir secara luring dan Dachlan Khaeurun, SKM, MKM selaku Ketua Tim Kerja Percepatan Penurunan Stunting Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Memi memberikan pembahasan berjudul Prinsip Transformasi Kebijakan untuk Mengatasi Masalah Stunting dan Wasting yang menegaskan tentang beberapa hasil kajian terkait stunting yang perlu diperhatikan. Memi juga menjelaskan sejumlah strategi untuk mencegah dan melakukan intervensi efektif berbasis masyarakat, seperti Community-based Management of Acute Malnutrition (CMAM). Praktik ini telah dilakukan dengan melakukan mobilisasi melalui pemberdayaan pengasuh melalui pendekatan lingkar lengan keluarga (LiLA) sebagai deteksi Dini Wasting yang telah dilakukan di Provinsi NTT.
Dachlan, sebagai pembahas kedua, menekankan tentang Prinsip Transformasi Kebijakan untuk Mengatasi Masalah Stunting dan Wasting dengan melakukan overview kasus stunting dan wasting di Indonesia. Narasumber menambahkan bahwa ada sekitar lebih dari 1,8 juta balita yang berisiko menjadi stunting pada 2024 sehingga perlu adanya upaya pencegahan pada kelompok ini. Dachlan menyampaikan bahwa pemantauan pertumbuhan rutin bulanan di posyandu diperlukan sebagai upaya deteksi dini pencegahan stunting dalam tatalaksana balita bermasalah gizi. Dachlan juga mengapresiasi upaya strategi yang telah dilakukan Kabupaten Purbalingga dalam penanganan terhadap stunting dan wasting. Setelah pembahasan dari Dachlan, maka acara dilanjutkan oleh sesi tanya jawab yang cukup aktif dengan banyaknya penanya dari audiens yang hadir secara offline maupun online.
Materi dan detail kegiatan rangkaian Fornas XIV JKKI dapat diakses di website kebijakankesehatanindonesia.net. Salam Transformasi Kesehatan.
Reporter:
Ika Septiana Eryani (Divisi Public Health, PKMK UGM)