Reportase Kebijakan Ketahanan Kesehatan dalam Menghadapi Bencana Pandemi COVID-19

20 November 2020

Seminar ini merupakan salah satu rangkaian seminar pada Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia X (Fornas JKKI 2020). Keprihatinan terhadap ketahanan kesehatan dengan adanya pandemi COVID-19 menjadi dasar diselenggarakan seminar kebijakan ketahanan kesehatan dalam menghadapi pandemi COVID-19. Pada seminar ini terbagi menjadi 2 sesi, yaitu sesi pertama Penyampaian policy brief terkait dengan Kebijakan Respon COVID-19 Bidang Kesehatan dan sesi kedua seminar kebijakan ketahanan kesehatan dalam menghadapi COVID-19.

Pada sesi pertama policy brief yang disampaikan ada tiga judul yaitu (1) Percepatan Penanganan COVID-19 dalam bentuk PSBB dan Karantina Terpusat di Kota Kupang oleh Dr. Drg Dominikus Minggu, M.Kes; (2) Penerapan Protokol Kesehatan dalam Era Tatanan Normal Baru di Provinsi NTT oleh Dr. Ina Debora Ratu Ludji, SKp., M. Kes. ; (3) Dua Pilihan, Kesehatan Fisik dan Mental atau Ekonomi oleh Dra. Sri Siswati, Apt. S. H., M. Kes”.

Secara umum ketiga policy brief tersebut melihat bagaimana respon kebijakan COVID-19 menekan laju penularan COVID-19. Ada kesamaan rekomendasi dalam ketiga policy brief tersebut yaitu pentingnya peningkatan partisipasi masyarakat serta kerjasama lintas program, lintas sektor penegakan disiplin dan kepatuhan masyarakat melakukan kebijakan pembatasan sosial. Juri menekankan bahwa poin dalam policy brief ini adalah saran, apakah saran yang ada bersifat umum, spesifik dan sangat spesifik. Baiknya rekomendasi yang dituliskan sangat spesifik sehingga lebih mudah untuk dilaksanakan. Misalnya dari policy brief kedua, disebutkan penting untuk melibatkan masyarakat, lebih spesifik lagi melibatkan keuskupan.

Selanjutnya dalam sesi policy brief ini, ada penyampaian rencana operasi dinas kesehatan oleh Alfina A.Deu, S.K.M.,M.Si dari Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam pelaksanaan rencana operasi COVID-19, dinas kesehatan mengaktifkan sistem komando pada klaster kesehatan. Pelaksanaan komando dan koordinasi penting untuk pemenuhan sumber daya.

Sesi kedua terkait seminar kebijakan ketahanan kesehatan dalam menghadapi COVID-19. Pada sesi ini ada narasumber menyampaikan dua hasil penelitian yaitu (1) Penelitian Ketahanan Kesehatan di Indonesia oleh Madelina Ariani, MPH; (2) Penelitian Dokumentasi Sistem Layanan Kesehatan pada Masa COVID-19 oleh Putu Eka Andayani, SKM., M.Kes. Kedua penyampaian penelitian ini dimoderatori oleh dr. Bella Donna, M.Kes dan kemudian didiskusikan oleh empat pembahas yaitu dr. Endang Budi Hastuti, Dewi Amila S, dr. Pandu Harimurti, dan drg. Pembayun Setyaning Astutie.

Madelina Ariani, MPH menyampaikan penelitian Ketahanan Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk memberikan gambaran pemetaan program/ kegiatan, kebijakan yang terkait ketahanan kesehatan dan memberikan gambaran pemetaan pembiayaan di DI Yogyakarta untuk ketahanan kesehatan berdasarkan 19 area teknis ZEE. Lokasi penelitian adalah Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bayuwangi dengan pertimbangan bahwa kedua wilayah tersebut memiliki riwayat kasus KLB yaitu antraks dan difteri.

Gap antara krisis kesehatan dan bencana terletak pada saat sebelum ditetapkan bencana program yang berjalan adalah program di kesehatan saja. Tetapi setelah ditetapkan bencana, baru seluruh integrasi sistem bergabung. Sama seperti halnya pada kondisi sekarang, di pandemi COVID-19 sebelum ditetapkan tanggap darurat bencana masih menjadi masalah kesehatan. Namun sekarang semua lintas sektor sudah terlibat. Upaya penguatan ketahanan di kabupaten/kota dapat ditingkatkan dengan penyusunan dokumen rencana penanggulangan bencana dan krisis kesehatan yang operasional sesuai dengan ancaman masing – masing daerah (disimulasikan, dikomunikasikan ke lintas sektor).

Penelitian Dokumentasi Sistem Layanan Kesehatan pada Masa COVID-19 mencoba memotert apa yang dilakukan pemerintah agar grafik kasus COVID-19 tetap landai. Pengamatan dilakukan melalui 4 S yaitu sistem, structure, stuff dan staf. Dari segi sistem ada gugus tugas level wilayah dan rumah sakit, dari segi structure terkait dengan kapasitas telah ditunjuk 25 RS rujukan dengan lebih 430 tempat tidur isolasi. Pada saat itu ada beberapa rumah sakit belum optimal dalam pemenuhan standar ruang isolasi. Dari sisi staf ini mengandalkan dari tim klinis dan tim pendukung.

Dari hasil forecasting yang dilakukan, diperkirakan DIY akan mengalami kekurangan kapasitas pada pertengahan Desember. Ada 3 skenario yang disiapkan yaitu optimis – moderat dan pesimis. Jika terjadi skenario optimis- m oderat RS disiapkan untuk surge capacity bahkan mulai diaktifkan kapasitas fisik, rekrut dan melatih relawan. Rekomendasi untuk skenario pesimis memobilisasi tenaga kesehatan dari fasilitas non COVID-19 ke layanan COVID-19, training ulang staf medis dan terdapat sistem informasi rujukan yang meng – cover seluruh fasilitas kesehatan (bukan hanya rumah sakit).

Pembahas pertama dr. Endang Budi Hastuti menyampaikan bahwa penelitian yang diapaparkan pas dengan kondisi pandemic COVID-19 sekarang ini. Kondisi sekarang adalah praktek apa yang sudah disusun sebelumnya baik itu rencana kontijensi dan rencana operasi. Ketahanan kesehatan sedang diuji. Terkait kesiapan kesehatan, rekomendasi dari WHO ada 3 indikator untuk mengetahui apakah negara siap yaitu dari surveilans, sistem kesehatan dan kesehatan masyarakat. Perlu di – highlight bagaimana kesiapan dalam hal pencegahan di rumah sakit. Upaya penemuan kasus secara dini perlu ditingkatkan. Pembahas kedua oleh Dewi Amila menyebutkan ada poin yang perlu dibenahi yaitu surveilans, manajemen data dan kapasitas pemeriksaan laboratorium. Dari sisi surveilans masih banyak yang belum dan terintegrasi pada satu flatform. Dari sisi anggaran, mekanisme khusus bencana ini dibuatkan khusus budget flow. Budget health security ini perlu diperhatikan. Anggaran kesehatan meningkat belum tentu menghasilkan derajat kesehatan baik. Surveilans berbasis laboratorium sangat dibutuhkan.

Selanjutnya pembahas ketiga dr. Pandu Harimurti menyoroti dari sisi multisektoral ketahanan kesehatana . Bagaimana Indonesia menerapkan international health regulation atau menjamin tingkat kesiapan menghadapi ketahanan kesehatan. Elemen financing merupakan elemen penting yang tidak bisa diabaikan dalam menjamin kesiapan suatu negara dalam menghadapi ancanam ketahanan kesehatan. Ada beberapa peraturan yang berlaku yang digunakan untuk menentukan bahwa situasi tersebut membutuhkan respon nasional atau respon daerah. Kejelasan mengenai situasi bahwa situasi tersebut merupakan tanggung jawab pusat atau daerah merupakan sesuatu yang perlu diluruskan. Di tingkat yang menjadi kelemahan adalah sifat multisektoralitas dari ketahanan kesehatan, untuk menilai ini sudah memadai atau belum. Ini menjadi tantangannya, kemudian cakupan kesehatan itu luas sehingga perlu penetapan prioritas.

Pembahas keempat drg. Pembayun Setyaning Astutie menyoroti 3 hal yaitu sarana prasana, mobilisasi tenaga dan kebijakan. DIY wilayah kecil tetapi banyak sarana dan prasarana. Tidak mudah untuk memobilissi tenaga sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Kebijakan termasuk pengalokasi anggaran. Pemda DIY masih mempunyai perbedaan persepsi tentang anggaran, ini didasari dengan kebijakan yang dipakai berbeda. Jika di pusat dengan Permenkes tentang kanrantina kesehatan tetapi DIY tidak bisa melakukan itu, Gubernur DIY mengambil keputusan bahwa DIY menggunakan peraturan tentang bencana. sehingga Pemda DIY berhasi mengeluarkan anggaran bencana yang notabene tidak ada di dalam anggaran yang dialokasikan dalam kesehatan. Ini diambilkan dari dana taktis yang disebut dengan Biaya Tidak Terduga (BTT).

Penutupan

Terdapat beberapa poin penting dari hasil diskusi seminar untuk meningkatkan kebijakan ketahanan kesehatan dalam menghadapi pandemi COVID-19. Pertama terkait dengan peran masyarakat. Sesungguhnya masalah COVID-19 ini adalah masalah di masyarakat. Saatnya memberikan satu penguatan terhadap penegakan disiplin, literasi dan edukasi bagi masyarakat untuk implementasi kebijakan. Kedua terkait dengan surveilans dan kapasitas pemeriksaan laboratorium. Upaya penemuan kasus secara dini perlu ditingkatkan. Ketiga terkait dengan anggaran, komitmen pemerintah daerah sangat kuat untuk memudahkan mekanisme implementasi anggaran untuk bencana. Penting untuk dilakukan sosialisasi dari nasional dalam rangka menyamakan persepsi di tingkat daerah dalam mengeluarkan dana atau anggaran tersebut.

Reporter : Happy R Pangaribuan
Divisi Manajemen Bencana Kesehatan PKMK FK-KMK UGM

 

MATERI PRESENTASI DAN VIDEO 
Semua materi presentasi dan Video rekaman dapat diakses pada link berikut

KLIK DISINI

 

 

 

Reportase Pendekatan Knowledge Management unutk Memperkuat Sistem Kesehatan dalam Merespon Pandemi COVID-19

19 November 2020

Tujuan dari pertemuan ini untuk membahas mengenai pentingnya pendekatan knowledge management untuk memperkuat sistem kesehatan dalam merespon pandemi COVID-19. Laksono berharap pengetahuan dapat dipergunakan dan disimpan dengan baik, mengingat bahwa COVID-19 adalah hal yang baru dan belum dikenal sebelumnya dan menyimpan sejumlah risiko yang tadinya belum diketahui oleh berbagai pihak. Harapannya knowledge bisa dijadikan sebagai sarana untuk mempersingkat waktu pandemi COVID-19 sebab datanya sangat berguna untuk penanganan.

dr. Trisa Wahjuni Putri menyampaikan Pendekatan Pengembangan Manajemen Pengetahuan untuk Intitusi dan Tenaga Kesehatan. Walaupun belum terlalu familiar dengan topik ini, Trisa mencoba menjelaskan hasil kerja dari biro hukum dan organisasi Kemenkes yang telah melakukan reviu regulasi terhadap SDM. Pada aspek pemenuhan SDM kesehatan yang berhasil didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia untuk penanganan COVID-19 adalah berjumlah 20.000 yang terdiri dari relawan, dokter internship dan tim Nusantara Sehat. Hal ini bukannya tanpa kekurangan, ternyata dalam penguatan laboratorium masih belum sempurna padahal ada target untuk PCR. Sejak saat itu juga muncul penguatan SDM Analis Laboratorium (ATLM). Dokter internship yang tadinya ditujukan untuk proses kemahiran, kemudian dijadikan tenaga yang dimobilisasi untuk menyelesaikan pandemi.

Kemudian Trisa juga menjelaskan mengenai aspek perlindungan yang mana dalam masa pandemi seperti ini provider safety adalah hal yang penting untuk diperhatikan. Aspek keamanan tenaga kesehatan terkait dengan peningkatan kapasitas, Kemenkes berhasil melatih tenaga kesehatan yang akan dikirim ke faskes – faskes yang membutuhkan , seperti pembekalan PPI dan pelatihan vaksinator yang telah melebihi target dalam waktu beberapa bulan. Terakhir yaitu mengenai sistem Informasi, Kemenkes mengembangkan chatbot untuk akselerasi sistem informasi.

Pemateri selanjutnya, yaitu dr. Detty Siti Nurdiati, MPH., Ph.D., Sp. OG(K) sebagai ketua Cochrane Indonesia (CI) menjelaskan mengenai peran Cochrane untuk memperkuat Knowledge Management bagi Klinisi. Detty mengelaborasikan peran CI sebagai organisasi non-profit yang menghasilkan systematic review di bidang kesehatan yang ditujukan untuk memberikan evidence bagi pengambilan keputusan klinis, kebijakan maupun pendidikan klinis. Pada saat pandemi COVID-19, CI juga merancang clinical Q&A yang bisa membantu klinisi di lapangan. Sebagaimana diketahui bahwa klinisi memiliki jadwal yang padat, terlebih dalam situasi pandemi seperti ini format jurnal terlalu panjang untuk dibaca sehingga dibutuhkan format yang lebih sederhana dan mudah dipahami.

Clinical Q&A ini merupakan living systematic review yang artinya dapat diperbarui setiap hari tergantung pada primary research yang masuk setiap harinya. CI juga membuka konsultasi cara membaca dan membuat evidence yang baik. Pada proses knowledge management yang dilakukan oleh CI, terdapat 4 strategi yaitu produksi evidence, bagaimana evidence mudah diakses, advokasi evidence bagi pengambil kebijakan dan bagaimana membentuk organisasi efektif dan sustainable. Detty juga mengungkapkan, bahwa saat ini pengakses terhadap Cochrane menurun setelah sebelumnya di awal Maret menunjukkan grafik yang sangat tinggi kemudian November semakin rendah. Dugaannya terdapat fatigue dalam pendekatan pengetahuan.

Narasumber ketiga yaitu dr. Lutfan Lazuardi, Ph.D yang merupakan dosen di FK – KMK UGM menjelaskan pentingnya Rumah Sakit untuk menjaga dan mengelola data yang ada di institusinya, sebab RS adalah lembaga yang kaya akan data. Salah satu institusi dalam RS yang memiliki peran strategis untuk melakukan hal tersebut adalah perpustakaan. Sayangnya posisi perpustakaan saat ini seringkali pasif dan hanya digunakan sebagai pelengkap untuk syarat akreditasi. Oleh sebab itu, terdapat inisiasi dari PKMK yang dilaksanakan oleh Lutfan yaitu pelatihan dalam rangka penguatan kapasitas SDM perpustakaan di RS dan pengembangan website manajemencovid.net serta pengembangan masyarakat praktisi.

Tujuan pertama pelatihan tersebut, secara spesifik adalah untuk mengembangkan perpustakaan dan melakukan eksperimen model manajemen pengetahuan. Pelatihan ini dilaksanakan selama 10 minggu yang diikuti oleh 5 tim yang berasal dari RS maupun organisasi penelitian yang bersedia untuk diintervensi pada perbaikan manajemen knowledge-nya. Pelatihan tersebut terdiri dari 2 modul, yaitu penguatan kapaistas SDM perpustakaan dan pengembangan rencana bisnis perpustakaan yang harapannya bisa membantu klinisi dan Knowledge Management RS. Setelah pelatihan selesai, terdapat pendampingan. Setelah adanya pelatihan, peserta memiliki rencana untuk mengembangkan insfrastruktur perpustakaan digital, cafe knowledge, pengembangan website diseminasi pengetahuan dan bervisi menjadi digital library.

Lutfan juga menyampaikan bahwa pengembangan website manajemencovid.net pada awal pandemi masih dimasukkan apa adanya, namun berdampak pada sulitnya pencarian arsip terhadap kegiatan, artikel yang telah disleenggarakan sebelumnya. Sebagaimana hal tersebut maka Lutfan mengembangkan taksonomi, karena pentingnya label atau tagging supaya mempermudah pencarian. Selain taksonomi, juga dilengkapi dengan metadata untuk mengklasifikasikan bentuk arsip (buku, artikel, diseminasi penelitian, dan lain – lain).

Sukirno, SIP., MA yang merupakan Ketua Perpustakaan FK – KMK UGM menjelaskan materi mengenai knowledge management untuk menanggapi pandemi COVID-19. Menurutnya, meskipun banyak kegiatan yang dibatasi karena ada pembatasan sosial, ada kegiatan yang tidak berhenti yaitu belajar mengajar dan penelitian. Aktivitas ilmiah ini terus berjalan sehingga dibutuhkan inovasi dalam perpustakaan. Selama ini perpustakaan dianggap pasif, namun sejak adanya Undang – Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan membantu perkembangan institusi perpustakaan di Indonesia. Terdapat 4 fungsi dalam perpustakaan, yaitu untuk pendidikan, penelitian, pelestarian informasi dan rekreasional. Perpustakaan memiliki 4 model yaitu konvensional, digital, hybrid dan virtual. Saat ini perpustakaan konvensional dikembangkan menjadi digital yang memiliki beberapa keuntungan seperti hemat ruang, biaya lebih murah, akses ganda dan tidak dibatasi ruang dan waktu.

Peran perpustakaan digital adalah menghimpun dan menyediakan informasi dalam format digital, bertransformasi dalam mengorganisasi informasi yang memadai dengan memperhatikan metadata, sistem temu kembali dan jaringan informasi. Selain itu, mendiseminasikan koleksi digital yang dapat diakses masyarakat secara cepat dan akurat, melakukan koleksi secara digital untuk menyelamatkan nilai-nilai informasi yang diharapkan serta menerapkan regulasi hak akses pada masyarakat sehingga terhindar dari etika informasi, masalah hak cipta dan plagiarisme. Digital aset management adalah informasi atau pengetahuan itu sendiri, proses mengcreate perpus digital, memilih apa yang akan dipakai dan bagaimana cara merawatnya.

Prof. Adj. Hans Wijaya sebagai pembahas pertama menggarisbawahi bahwa dalam kondisi pandemi seperti ini banyak hal yang belum diketahui baik oleh RS maupun pasien. Pandemi juga membuat tipe virus, terapi diagnostik selalu berubah sehingga klinisi butuh belajar. SDM Kesehatan lebih berharga dibanding gedung maupun teknologi yang canggih sehingga bagaimana caranya untuk membangun manusia – manusia ini agar tetap belajar.

Disini tantangannya adalah mampukan akademisi, lembaga penelitian, lembaga pendidikan menjadi penjembatan terhadap celah yang ada, yaitu mengisi pengetahuan yang sifatnya terapan dan tidak lagi dasar karena klinisi saat ini membutuhkan informasi yang cepat dan mudah dipahami untuk diterapkan di lapangan. Hendro Subagyo, M.Eng memaparkan bahwa benar adanya metadata dan taksonomi sangat membantu dalam pencarian arsip yang telah lalu dan masih dibutuhkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Dr. dr. Andreasta Meliala, M.Kes menuturkan bahwa knowledge kita belum banyak berkembang, dan sering kita melihat action yang dijalankan tetapi tidak didukung dengan evidence yang memadai.

Banyak negara yang melakukan berbagai macam hal, sehingga modellingnya membuat kita bingung. Manakah yang hendak diikuti?. Andreas juga berpendapat, bahwa RS harus berani untuk berinvestasi dalam pengembangan KM sendiri karena RS adalah tempat yang kaya data. Prof. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D mengungkapkan bahwa unutk mencapai yang dikonsepkan oleh Sukirno dalam transformasi perpustakaan digital membutuhkan waktu yang tidak sedikit namun mungkin untuk dilaksanakan. Selain itu ia juga menjelaskan bahwa belum semua organisasi pelayanan kesehatan menerapkan prinsip KM termasuk dalam penanganan COVID-19.

Reporter: Eurica Stefany Wijaya, MH

 

MATERI PRESENTASI DAN VIDEO 
Semua materi presentasi dan Video rekaman dapat diakses pada link berikut

KLIK DISINI

 

 

 

Reportase Topik 2 Sub Tema Kanker

Dukungan Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) dan Penggunaan Data Rutin dalam Memperkuat Sistem Kesehatan Era Pandemi COVID-19 untuk Masalah Kebijakan Kanker

12 November 2020

JKKI – Yogyakarta. Fornas kali ini mengangkat tema kebijakan kanker. Cancer menjadi salah masalah prioritas di indonesia sehingga untuk mengatasinya perlu ada proses setting kebijakan dari segi klinis dan penggunaan data rutin. Hal ini bertujuan untuk memahami proses pembuatan kebijakan dan kebijakan berbasis bukti pada Cancer, manfaat dan penggunaan data rutin pada Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) dan penerapan berbagai penelitian kebijakan tentang cancer dengan menggunakan data rutin.

16nov4

Narasumber pertama, Dr. dr. Ibnu Purwanto, Sp.PD-KHOM dari UGM menyatakan bahwa data RS Sardjito rentang 2008 – 2017 terdapat 20.503 kasus yang tercatat dengan kasus kanker tertinggi yakni kanker payudara dan datanya bisa diakses. Masalah kanker di Indonesia sebagian besar terdiagnosis pada stadium lanjut seperti contoh kasus nasofaring. Kasus nasofaring di Indonesia 70% lebih tinggi dibanding dengan taiwan sekitar 38%. Penyebab kemungkinan pasien datang pada stasium lanjut dan rendahnya tingkat kesintasan yakni pasien mencari pertolongan alternatif dan sistem rujukan kadang kurang cepat, deteksi dan pengenalan dini yang kurang oleh tenaga kesehatan ataupun pasien, dan kurangnya jumlah dan integritas cancer multi disiplinary team.

Selain itu, penyebaran layanan kanker yang tidak merata disebabkan oleh penyebaran sumber daya manusia, penyebaran layanan diagnostik, dan penyebaran layanan terapeutik terutama mesin radioterapi. Harapan kedepan dalam mengatasi pemerataan pelayanan kanker di Indonesia, untuk jangka pendek bisa menggunakan tenaga kesehatan dari rumah sakit lain pada RSUD milik Provinsi sedangkan untuk jangka panjang, tugas belajar untuk SDM potensial dengan ikatan hukum yang kuat. Di sisi lain, pembuatan kebijakan deteksi dini (pelatihan tenaga kesehatan dan diseminasi informasi untuk awam) perlu ditingkatkan, mengizinkan cost sharing JKN dan biaya mandiri pada terapi yang tidak dijamin JKN, dan peningkatan bertahap fasilitas pendukung terapi kanker (radioterapi, imunohistokimia PA).

Narasumber kedua, Dr. dr. Yout Savithri, MARS dari Kasubdit Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan RS, Kementerian Kesehatan RI menyatakan bahwa masalah kesehatan di Indonesia saat ini yakni penyakit menular, penyakit tidak menular, penyakit emerging dan re-emerging, dan pandemi COVID-19. Data registrasi kanker nasional 2008 – 2012, penyakit kanker yang banyak dialami oleh perempuan yakni kanker payudara sedangkan untuk laki – laki yakni trakea, bronkus dan paru – paru. Pada era COVID-19 menjadi tantangan bagi pelayanan kanker disebabkan pasien kanker dengan COVID-19, kondisinya bisa lebih buruk dan diagnosis tertunda akibat skrining dan layanan diagnostik yang dikurangi akibat pembatasan sosial.

Selain itu, terdapat perubahan treatment pathways dan perawatan kurang optimal/tertunda. Penanggulangan kanker perlu dilakukan untuk menurunkan angka kematian akibat kanker, dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker, dan meningkatkan deteksi dini, penemuan, dan tindak lanjut dari kanker. Strategi yang perlu dilakukan RS dalam memberikan pelayanan kanker di masa pandemi COVID-19 yakni bekerja dengan data, menyederhanakan proses bisnis, inovasi pelayanan kanker (peralatan dan metode terapi), redisain sarpras dan alur pelayanan, dan digitalisasi pelayanan.

16nov5

Narasumber ketiga, Dr. dr. Darwito, S.H., Sp.B(K)Onk dari UGM menyatakan bahwa penyakit kanker penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah jantung koroner dan ketiga diabetes melituss dengan komplikasi, tuberculosis dan PPOK dan ini akan menjadi beban negara dalam hal ini adalah BPJS Kesehatan. Dana yang dikelaurkan oleh BPJS Kesehatan sebesar 1.037 Triliun rupiah, untuk pembiayaan kanker sebesar 26,644 Milyar rupiah (2,57%). Dana tersebut justru migrasi ke DKI atau daerah yang mempunyai fasilitas pelayanan kanker yang dibutuhkan sesuai standar oleh pasien kanker.

Penyakit kanker penyebab kematian kedua dan insidensinya meningkat, namun berbanding lurus dengan pelayanan kesehatan yang juga meningkat, dan juga aksesabilitas masyarakat terhadap pelayanan juga meningkat. Peningkatan ini sangat kontras dengan data klaim BPJS di DaSK sebesar 2,57% dari total klaim kanker Rp. 26.644.817.772 berdasarkan data sampel BPJS Kesehatan 2015-2016. Mengatasi kesenjangan pelayanan pasien kanker, kemenkes perlu memberikan akses pada pelayanan kanker untuk dilengkapi minimal disetiap provinsi bisa dengan mendirikan pusat pelayanan kanker dengan meningkatkan pemenuhan baik SDM dan sarana lainnya. Selain itu, pemerintah daerah baik provinsi dan kabupaten/kota menyediakan regulasi dan sistem yang memungkinkan untuk penyediaan fasilitas/SDM.

Pembahas pada Fornas JKKI kali ini dengan tema kebijakan kanker yakni pembahas pertama, Dr. dr. Samuel Johny Haryono, Sp.B (K)Onk dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi dan juga selaku Editorial Board Member of Indonesian Journal of Cancer menyampaikan bahwa hubungan klinikal dan stakeholder pada kanker yakni faktor tumor, pasien, dan dokter dan fasilitasnya. Penggunaan data rutin dengan realtime perlu untuk kasus tumor dipelajari baik secara klinis maupun secara penelitian dengan basic epidemiologi dalam mengambil suatu keputusan baik evidence based dan public based. Selain itu, faktor pasien yang perlu dilihat mengenai aspek sosial ekonomi jarak rumah ke RS perlu untuk diperhatikan karena mempengaruhi awareness dan kesenjangan ditambah dengan kondisi spesifik tiap daerah berbeda – beda. Masalah fasilitas dan distribusi dokter masih menumpuk di kota-kota besar sehingga perlu ada distribusi dan disiplin dalam memenuhi rasio yang masih kurang.

Pembahas kedua, Dr. Gampo Dorji dari World Health Organization menyampaikan bahwa pemerataan layanan kanker sangat penting karena ada kesenjangan layanan kanker. Indonesia memiliki sistem yang baik, infrastruktur yang cukup kuat di seluruh nusantara dengan geografis kepulauan dan kita ingin lebih baik lagi. Tantangan Indonesia bagaimana kesetaraan dan kesenjangan layanan lebih baik ke depannya. Tata kelola penting dalam membahas layanan kanker, direktorat kanker perlu diperkuat tidak cukup 1 atau 2 orang yang mengatur di pusat namun perlu didukung juga dengan lokal sehingga kesetaraan paket layanan kanker bisa tercapai dan penguatan fasilitas kesehatan bukan untuk RS saja melainkan puskesmas juga perlu diperkuat.

Pembahas ketiga, dr. Andi Ashar, AAK – Asisten Deputi Bidang Utilisasi dan Anti Fraud Rujukan, Direktorat Pelayanan, BPJS Kesehatan menyampaikan bahwa distrbusi pelayanan kesehatan akan berpengaruh pada layanan cancer yang diberikan. Tantangan pelayanan medis, sistem jadwal untuk pasien cancer ada tangangan tersendiri yakni sebaran belum merata misal dalam suatu daerah hanya ada satu fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan dan akan menjadi tantangan tersendiri. Selain itu, tantangan dari aspek pembiayaan, pembiayaan cancer untuk pelayanan cancer menempati posisi kedua dari total katastropik dan pembiayaan cancer 65% tersentralisir di RS rujukan kelas A, ini menjadi tantangan tersendiri untuk BPJS Kesehtan termasuk sistem rujukan jangan sampai perbedaan persepsi. Tantangan adminstrasi klaim dokter atau RS akan berdampak dalam pengajuan klaim, ini penting oleh BPJS Kesehatan untuk melihat sesuai dengan informasi klaim yang diberikan ke BPJS Kesehatan.

Pembahas keempat, Prof. DR. Dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD, KHOM, FINASM, FACP dari Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) dan juga selaku Ketua Yayasan Kanker Indonesia menyampaikan bahwa NCD menempati perhatian pertama di dunia, khususnya penyakit kanker di tahun 2030 harus berkurang 30% dan 2050 harus hilang dari muka bumi pada saat pertemuan di Genewa. Sistem UHC banyak menolong orang dan masalah cost sharing ini penting untuk dibahas apa memungkinkan pasien untuk membayar sisa pembayaran dari layanan yang digunakan. Inequity dengan mengurangi kebutuhan di hulu dan perlu bergerak bersama dengan memperbaiki sistem untuk mencapai pemerataan.

Terdapat beberapa pertanyaan dari peserta, “Bagaimana minat peserta didik PPDS untuk mengambil spesialis Onkologi?”. Dr. dr. Ibnu Purwanto, Sp.PD-KHOM dari UGM menjawab “masih sangat terbatas dan orang yang mau mengambil spesialis onkologi adalah berani mengambi keputusan dan ketertarikan yang luar biasa, itu tidak cukup seperti yang kami sampaikan dibanding dengan amerika sudah di level 12 ribu. Peran pengampu dan pemerintah menjadi tanggungjawab Kemenkes, bagaimana mengenai equity dan pemerataan itu bisa tercapai. Tempat kami tidak lebih dari 10 peserta”. Selain itu, terdapat pertanyaandari peserta lain yaitu, “Paliatif care menghubungkan fungsi FKTP dan FKTRL, apakah juga akan ada sharing dari BPJS dengan konsep hospital without walls, dimana FKTRL menjalankan home care, apakah tidak akan tumpang tindih dengan FKTP?”. dr. Youth Savithri, MARS dari Kasubdit Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan RS, Kementerian Kesehatan RI menjawab “belum masuk ke tarif JKN, dari tingkat paliatif dapat dibuat stratifikasi layanan juga sehingga tidak tumpang tindih.”

Di akhir sesi, terdapat penyampaian policy brief yang disampaikan oleh dr. Sani Rachman Soleman M.Sc tentang “Regulasi Pengendalian Logam Berat di Tempat Kerja: Upaya Mitigasi Morbiditas dan Mortalitas Kejadian Kanker pada Pekerja” menyampaikan bahwa penyakit akibat kerja cukup tinggi di perusahaan apalagi cancer sehingga data tersebut bisa open dan data temuan bukan untuk menjelek-jelekan melainkan memperbaiki. Tahap awal pendekatan dalam proses melakukan advokasi dengan sounding ke publik melalui media sosial dan cetak elektronik atau secara akademisi melalui publikasi riset.

Reporter: Agus Salim (PKMK UGM)

MATERI PRESENTASI DAN VIDEO 
Semua materi presentasi dan Video rekaman dapat diakses pada link berikut

KLIK DISINI

 

 

 

Reportase Topik 2 Sub Tema KIA

Dukungan Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) dan Penggunaan Data Rutin dalam Memperkuat Sistem Kesehatan Era Pandemi COVID-19 untuk kebijakan KIA

9 November 2020

PKMK – Jogja. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (PKMK FK – KMK UGM) bersama dengan World Health Organization (WHO) menyelengggarakan Forum Nasional Jaringan kebijakan Kesehatan Indonesia (Fornas JKKI) X Tahun 2020 yang berlangsung dengan serangkaian kegiatan pada tanggal 5 – 20 November 2020. Pada Senin, 9 November 2020 pukul 08.30 – 12.30 WIB dilaksanakan seminar topik kedua dengan subtema KIA yaitu “Dukungan DaSK dan data rutin dalam memperkuat sistem kesehatan era pandemi COVID-19 untuk kebijakan KIA” melalui Zoom Meeting yang diikuti oleh 127 partisipan dan secara livestreaming Youtube.

Seminar ini bertujuan untuk memahami pemanfaatan data DaSK dalam proses perumusan kebijakan dan manajemen kesehatan serta memahami kebijakan program terkait KIA dimana pandemi COVID-19. Seminar ini menghadirkan beberapa narasumber yaitu dr. Erna Mulati, MSc-CMFM selaku Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes RI, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D selaku Ketua Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia, jajaran akademisi FK-KMK UGM yaitu, Dr. M. Lutfan Lazuardi, M.Kes., Ph.D, Insan Rekso Adiwibowo, M.Sc, dr. Detty Siti Nurdiati Z., MPH., Ph.D., Sp.OG(K), dr. Meineni Sitaresmi, SpA(K)., Ph.D serta beberapa pembahas yaitu Dr. dr. Leo Prawirodihardjo, SpOG(K)., M.Kes., MM., MARS., PhD selaku perwakilan POGI, dan dr. Sigit Sulistyo, MPH selaku Maternal and Child Health Team Lead USAID. Keynote speaker pada seminar ini adalah dr. Kirana Pritasari, MQIH selaku Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI.

Pada sesi pertama, dr. M. Lutfan Lazuardi, M.Kes., Ph.D memaparkan bahwa data rutin sebagai sistem informasi kesehatan rutin merupakan suatu sistem yang mengumpulkan data tentang layanan yang diberikan di fasilitas dan institusi kesehatan publik, swasta, dan tingkat komunitas. Data rutin sangat penting dimanfaatkan untuk tujuan penguatan sistem kesehatan dalam konteks mencapai cakupan kesehatan universal dan tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Jika melihat situasi saat ini, data rutin masih kurang digunakan oleh pembuat keputusan, ada banyak tantangan dalam menggunakan data rutin sehingga perlu dilakukan perbaikan.

Pada masa pandemi, kebutuhan untuk pengambilan keputusan secara cepat, tepat dan real time sangat besar, yang diharapkan dapat difasilitasi dengan adanya data rutin karena sumber data lain seperti survey memiliki kendala waktu lama dan selalu terlambat. Oleh karena itu, mutu data rutin harus ditingkatkan dan diprioritaskan. Di Indonesia, sudah banyak data yang dikumpulkan dari berbagai sistem informasi kesehatan rutin akan tetapi masih banyak tantangan yang dihadapi yaitu data kesehatan terfragmentasi, tidak terstandarisasi, kelengkapan data lemah, akses informasi publik terbatas. Sehingga dibutuhkan kebijakan satu data kesehatan dan sistem yang terintegrasi.

Melanjutkan narasumber pertama, narasumber kedua Insan Rekso Adiwibowo, M.Sc memaparkan pembuatan dashboard PulihCovid19 yang menggunakan data komdat kesmas dan Pusdatin seputar layanan KIA dan KB sebagai sarana komunikasi data untuk dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota atas kerjasama PKMK dengan Direktorat Keluarga Dirjen Kesmas Kemenkes RI untuk melihat apakah ada layanan yang terdampak pandemi. Komdat kesmas dibuat pada 2020 merupakan aplikasi komunikasi data kesehatan masyarakat untuk menggantikan berbagai dashboard komdat direktorat yang ada di bawah dirjen kesmas. Dalam PulihCovid19, indikator KIA-KB yang berkaitan dengan COVID-19 divisualisasikan lalu dibaca kembali oleh daerah agar daerah dapat melakukan analisis dampak, evaluasi dan sintesis terhadap terjadinya dinamika data melalui data rutin dan informasi organisasi di wilayah masing – masing.

Sebelum melanjutkan ke narasumber lainnya, dr. Kirana Pritasari, MQIH memaparkan bahwa arah RPJMN 2020 – 2024 khususnya untuk bidang kesehatan adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing dengan 2 prioritas nasional yaitu menurunkan AKI dan AKB serta menurunkan prevalensi stunting.

Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan keterlibatan berbagai sektor. Terdapat beberapa kebijakan yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi yaitu 1) meningkatkan akses layanan bagi ibu dan bayi dengan meningkatkan jumlah kunjungan ANC dari 4 kali menjadi 6 kali, PNC dari 3kali menjadi 4 kali, 2) meningkatan kualitas layanan kesehatan, 3) menguatkan tata kelola dan 4) memberdayakan masyarakat. Terkait penggunaan data rutin, basis pemantauan wilayah setempat menjadi penting karena data rutin masuk dalam sistem pemantauan wilayah setempat dimana setiap wilayah bisa melakukan monitoring dan membandingkan capaiannya dengan target pelayanan dan melakukan langkah – langkah aksi untuk upaya perbaikan pada layanan KIA dan gizi. Dalam masa pandemi saat ini dihadapi berbagai tantangan dalam layanan KIA dan gizi yaitu menurunnya jumlah kunjungan layanan KIA dan gizi, terjadi perubahan metode layanan, implikasi kebijakan, kader dan petugas kesehatan mendapat beban untuk melaksanakan tracing dan upaya pencegahan COVID-19.

Narasumber dr. Erna Mulati, MSc-CMFM pada sesi selanjutnya, memaparkan bahwa salah satu strategi untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia yaitu dengan memperkuat monitoring dan evaluasi terhadap sistem kesehatan yang mendukung kesehatan ibu dan bayi. Namun kendala yang dihadapi adalah monev belum terstruktur, beragam, bersifat manual, analisis belum optimal dan belum mengukur kualitas pelayanan. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu e-monev yang dapat memperbaiki kesenjangan yang terjadi. Saat ini telah dikembangkan aplikasi Simatneo yang bertujuan untuk memudahkan monev kesiapan fasilitas dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang nantinya dapat dipantau langsung dari tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat.

Pada sesi terakhir, dr. Meineni Sitaresmi, SpA(K)., Ph.D menambahkan bahwa di masa pandemi COVID-19 diperkirakan akan terjadi peningkatan angka kematian pada ibu, bayi dan bayi baru lahir sebanyak 31% atau sebanyak 766.180 penambahan kasus kematian, yang diakibatkan karena terhambatnya ketersediaan pelayanan kesehatan dasar terutama pelayanan kesehatan untuk ibu, anak dan bayi baru lahir. Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesakitan dan kematian adalah adanya pelaksanaan ANC terpadu yang komprehensif, pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih, perawatan BBLR serta registrasi kelahiran, kematian, dan audit AMP. Saat ini sedang dikembangkan dashboard PulihCovid19 yang berasal dari data Komdat yang mencakup angka cakupan dari beberapa indikator KIA, dimana data yang telah masuk akan di analisis dan divisualisasikan dan ditampilkan dalam bentuk dashboard yang informatif yang dapat digunakan oleh daerah untuk mengggali secara komprehensif faktor yang mempengaruhi layanan KIA agar segera merumuskan strategi aksi perbaikan layanan KIA yang berdampak COVID-19.

Reporter : Siti Nurfadilah H./PKMK FK-KMK UGM

MATERI PRESENTASI DAN VIDEO 
Semua materi presentasi dan Video rekaman dapat diakses pada link berikut

KLIK DISINI

 

 

 

Reportase Topik 2 Sub Tema Stunting dan Gizi Masyarakat

Dukungan Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) dan Penggunaan Data Rutin dalam Memperkuat Sistem Kesehatan Era Pandemi COVID-19 untuk kebijakan Stunting dan Gizi Masyarakat

10 November 2020

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (PKMK FK – KMK UGM) bersama dengan World Health Organization (WHO) menyelengggarakan Forum Nasional Jaringan kebijakan Kesehatan Indonesia (Fornas JKKI) X Tahun 2020 yang berlangsung dengan serangkaian kegiatan pada tanggal 5 – 20 November 2020. Pada Selasa, 10 November 2020 pukul 08.30 – 12.30 WIB dilaksanakan seminar topik kedua dengan subtema Gizi yaitu “Dukungan DaSK dan data rutin dalam memperkuat sistem kesehatan era pandemi COVID-19 untuk kebijakan stunting dan gizi masyarakat” melalui Zoom Meeting yang diikuti oleh 125 partisipan dan secara livestreaming Youtube.

Seminar ini bertujuan untuk memahami penggunaan data rutin untuk pemulihan program gizi serta memahami kebijakan – kebijakan dan program gizi dalam pandemi COVID-19. Seminar ini dimoderatori oleh Digna N.Purwaningrum, PhD dengan menghadirkan beberapa narasumber yaitu Prof. Dr. dr. Masrul, MSc, SpGK selaku akademisi Universitas Andalas, Dr. RR Dhian Probhoyekti, SKM, MA selaku Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Dr. Siti Helmyati, DCN, M.Kes selaku Ketua Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia, FK-KMK UGM serta beberapa pembahas yaitu Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, PhD selaku Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, Sri Wahyuni Sukotjo selaku Nutrition Specialist UNICEF, Ir. Dodi Izwardi, MA selaku Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat – Badan Litbangkes Kemenkes RI, DR, Dr Mubasysyr Hasanbasri, MA selaku Kepala Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi FK – KMK UGM.

Pada sesi pertama, Prof. Dr. dr. Masrul, MSc, SpGK memaparkan terkait penggunaan data rutin untuk program gizi di Indonesia. Saat ini, laporan rutin bulanan untuk kegiatan gizi sudah punya suatu sistem laporan yaitu e-PPGBM yang diharapkan dapat dijadikan sebagai sistem informasi kesehatan rutin agar informasi pelaksanaan program dapat diperoleh real setiap bulan, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan program dan dapat dijadikan sebagai bahan perencanaan penyusunan program setiap tahunnya.

Dalam pelaksanaannya masih ditemukan beberapa masalah yaitu cakupan masih bermasalah, masalah entri data dimana tidak semua data dientri, belum ada feedback dari berbagai level, tidak dilakukan validasi, analisis data rendah. Walaupun terdapat beberapa masalah dalam pelaksanaannya, data rutin ini sudah cukup baik untuk menyediakan informasi secara cepat dan real time dengan mencakup sasaran yang luas dan bisa dianalisis dan dimanfaatkan disetiap level organisasi kesehatan. Namun, data rutin dalam hal KIA dan gizi kurang dimanfaatkan pada negara dengan pendapatan rendah dan sedang.

Pada sesi kedua, Dr. RR Dhian Probhoyekti, SKM, MA memaparkan bahwa pengaruh pandemi terhadap program penurunan stunting yaitu adanya relokasi anggaran, penerapan social distancing sehingga terhenti layanan di masyarakat, hilangnya pekerjaan dan berkurangnya pendapatan yang pengaruhi daya beli masyarakat terhadap pangan bergizi, kenaikan harga pangan. Untuk mengatasi masalah stunting harus melibatkan semua sektor dimana harus bekerja secara bersama atau konvergen pada lokus yang sama untuk mencapai target penurunan stunting pada 2024 menjadi 14%.

Upaya intervensi spesifik yang dilakukan melalui pendekatan siklus hidup (1000 HPK + remaja) dengan upaya optimalisasi cakupan dengan menerapkan strategi berikut: 1) peningkatan kapasitas SDM dengan elearning dan menyusun modul serta pedoman untuk pembelajaran jarak jauh, 2) peningkatan kualitas program mulai dari perencanan sampai monev dengan penguatan setiap manajemennya, 3) penguatan edukasi gizi untuk pelaksana program, petugas kesehatan puskesmas dan kader, 4) penguatan manajemen intervensi gizi di puskesmas dan posyandu. Pelaksanaan penanggulangan stunting didukung berbagai instrumen yang dapat memudahkan dalam menilai kegiatan salah satunya adalah “sigiziterpadu” yang didalamnya terdapat modul – modul atau menu e-PPGBM yang dapat digunakan sebagai bahan kegiatan dilapangan, identifikasi masalah, menentukan intervensi, advokasi, monev program.

Pemateri ketiga, Dr. Siti Helmyati, DCN, M.Kes, memaparkan bahwa sebelum pandemi, Indonesia sudah mengalami triple burden masalah gizi yaitu gizi kurang, kekurangan gizi mikro, kegemukan dan anemia, kondisi ini diperburuk dengan dengan adanya pandemi. Pandemi COVID-19 menyebabkan keluarga menjadi miskin dalam waktu singkat sehingga terjadi penurunana keamanan pangan di tingkat rumah tangga yang akan mempengaruhi status gizi dimana 36% mengurangi porsi makan dimana dampak yang terjadi adalah meningkatnya angka kasus wasting.

Dampak COVID-19 terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi gizi diantaranya terjadi perubahan kebijakan dimana kebijakan mengarah ke pandemi COVID-19, ada penurunan pendapatan, keterbatasan sumber daya sehingga terjadi kemiskinan, rendahnya pola konsumsi makan, gizi tidak seimbang, mempengaruhi sistem pangan dan food insecurity. Adapun pelaksanaan program gizi yang terkena dampak yaitu banyaknya penutupan layanan posyandu, penurunan distribusi tablet tambah darah ibu hamil karena layanan posyandu terhenti dan tidak dan layanan kunjungan rumah, ditundanya layanan imunisasi dan di atas 80% penundaan pada layanan pertumbuhan dan perkembangan bayi/balita.

Upaya mitigasi untuk mencegah dampak negatif dari pandemik dapat dilakukan dengan mengintervensi masalah rawan pangan, program perlindungan sosial, akses fasilitas kesehatan dengan mengoptimalkan peran tenaga kesehatan dan kader, program pendidikan karena beberapa program gizi berlangsung di sekolah, lingkungan rumah tangga/komunitas yang aman dan sehat untuk akses air bersih dan sanitasi yang memadai.

Selain pemaparan dari 3 narasumber, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas menambahkan dari prespektif bappenas bahwa data rutin sangat penting untuk melihat outcome atau output dari suatu program karena jika mengandalkan data survey maka butuh dana besar dan waktu yang lama. Akan tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah perlunya optimalisasi data rutin dengan meningkatkan kualitas pengukurannya, kelengkapan data, standarisasi data, arsitektur program/data harus jelas kegunanaannya. Dalam reformasi sistem kesehatan saat ini diarahkan untuk digitalisasi data pelayanan kesehatan. Digitalisasi data rutin pelayanan gizi dapat dijadikan sebagai bahan percontohan.

Nutrition Specialist UNICEF juga turut menambahkan bahwa UNICEF sangat mendukung adanya e-PPGBM karena UNICEF memperhatikan sumber daya dan infrastruktur. Terdapat beberapa indikator yang perlu diperkuat dengan data rutin yaitu indikator terkait feeding practices diluar pemberian PMT misalnya konseling PMBA dan indikator untuk gizi buruk dengan menyediakan data balita gizi buruk sembuh, meninggal atau relapse.

Pada sesi terakhir, Kepala Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi FK-KMK UGM menambahkan bahwa informasi rutin seharusnya menjadi bagian dari “system service delivery” untuk bisa memahami masalah di posyandu dan keluarga rawan. Posyandu efektif untuk menghadapi daerah – daerah yang sulit sehingga jika kita tidak menggunakan data berbasis posyandu maka kita akan kehilangan data kelompok orang dari keluarga rawan yang tidak terdaftar. Jika kita menggunakan data rutin puskesmas maka kita tidak bisa menjangkau keluarga rawan karena mereka tidak ke layanan puskesmas karena jarak jauh dan ekonomi yang kurang.

Oleh karena itu, health system posyandu sangat penting karena titik akses layanan terletak pada service deliverynya. Posyandu merupakan sentral bagi sektor yang lainnya sehingga untuk memperkuat data rutin maka perlu diperkuat dari bawah dan manajerialnya. Data rutin harus dipakai lebih dahulu oleh tingkat kabupaten dari segi service delivery systemnya agar data yang ada tidak hanya dipakai untuk planning saja tetapi juga untuk menyelesaikan masalah yang ada dilapangan.

Reporter : Siti Nurfadilah H./PKMK FK-KMK UGM

MATERI PRESENTASI DAN VIDEO 
Semua materi presentasi dan Video rekaman dapat diakses pada link berikut

KLIK DISINI

 

 

 

Reportase Topik 2 Sub Tema Jantung

Dukungan Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) dan Penggunaan Data Rutin dalam Memperkuat Sistem Kesehatan Era Pandemi COVID-19 untuk Masalah Kebijakan jantung

11 November 2020

Pada Rabu (11 November 2020) telah diselenggarakan seminar topik ke-2 tentang “Dukungan Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) dan Penggunaan Data Rutin dalam Memperkuat Sistem Kesehatan Era Pandemi COVID-19” untuk kebijakan masalah kesehatan prioritas jantung. Seminar ini merupakan topik ke-2 dari rangkaian kegiatan Forum Nasional ke-10 Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Tahun 2020.

Seminar berlangsung pada pukul 08.30 – 11.30 WIB di Gedung Litbang, FK-KMK UGM dan disiarkan secara langsung melalui Zoom Meeting. Seminar ini mengangkat isu tentang masalah kesehatan prioritas terkait jantung sebagai topik utama. Tujuan dari seminar ini adalah agar peserta dapat memahami pemanfaatan data DaSK dalam proses perumusan kebijakan kesehatan, menggunakan data rutin seperti Komdat di Kemenkes untuk pemulihan program terkait jantung dalam masa pandemi COVID-19, memahami kebijakan – kebijakan dan program terkait jantung di masa pandemi COVID-19, serta memahami proses penelitian kebijakan topik jantung dengan menggunakan DaSK. Terdapat dua orang narasumber yang dihadirkan dalam seminar ini, yaitu Dr. dr. Lucia Kris Dinarti, Sp.PD., Sp.JP(K) dan Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D., Sp.THT-KL(K) MARS, dengan moderator diskusi Prof. Dr. dr. Budi Yuli Setianto, Sp.PD(K), Sp.JP(K).

Pembukaan

Oleh: Prof. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D.

12nov1

Prof. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. membuka seminar dengan menjelaskan berbagai topik yang dibahas di FORNAS ke-10 JKKI 2020, terutama topik 2 yang akan dibahas pada hari ini. Selanjutnya Prof. Laksono menjelaskan tentang penggunaan data rutin. Salah satu data rutin yang digunakan dalam DaSK adalah data rutin dari BPJS. Selanjutnya Prof. Laksono mengenalkan para narasumber yang akan menyampaikan materi, mengenalkan para pembahas, serta moderator diskusi dalam seminar ini.

Materi ke-1: Pemerataan Pelayanan Jantung di Indonesia

Oleh: Dr. dr. Lucia Kris Dinarti, Sp.PD., Sp.JP(K)

12nov2

Materi pertama dimulai oleh Lucia dengan menyampaikan jumlah kematian secara global yang didominasi oleh penyakit tidak menular, salah satunya adalah kardiovaskuler. Kemudian Lucia memaparkan situasi di Indonesia yang menempati posisi kedua tingkat kematian akibat penyakit CVD. Persentase tertinggi berada di Jawa Tengah (43,1%) dan Yogyakarta (42%), sedangkan persentase terendah berada di Kalimantan Utara (20%). Persebaran rumah sakit kelas A dan B di Indonesia juga disampaikan oleh Lucia, bahwa DKI Jakarta memiliki jumlah rumah sakit kelas A dan B terbanyak, sedangkan Papua Barat dan Sulawesi barat tidak memiliki rumah sakit kelas A dan B. Hal ini terkait dengan tidak meratanya jumlah dokter spesialis di daerah tersebut.

Lucia menyampaikan tentang hasil penelitiannya tentang penggunaan data klaim jantung antar daerah di Indonesia yaitu daerah Jawa dan sekitarnya mendapatkan pembayaran lebih banyak dibandingkan provinsi lainnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pelayanan jantung di BPJS lebih banyak diperoleh daerah-daerah yang mempunyai dokter jantung dan spesialis yang banyak, tentu saja terjadi ketidakadilan dalam hal ini. Kemudian Lucia menyampaikan situasi pendidikan dokter SPJP di Indonesia, persebaran terbanyak ada di Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi dan Bali. Sedangkan Pulau Kalimantan dan Pulau Papua sama sekali tidak ada dokter SPJP disana.

Dalam akhir presentasi, Lucia memberikan rekomendasi kebijakan jangka panjang dan jangka pendek. Kebijakan jangka pendek yaitu dengan memberikan subsidi dalam bentuk insentif, penerapan kebijakan task shifting dan pengembangan telemedicine khusus kelompok layanan CVD bagi daerah yang tidak mempunyai SPJP. Kebijakan jangka panjang yaitu dengan memperluas skema pemberian beasiswa bagi putra daerah, pembukaan prodi Jantung, penetapan wilayah binaan untuk daerah yang kurang SPJP, serta peningkatan ketersediaan dan kapasitas layanan khusus jantung.

Pembahas ke-1

Oleh: Dr. Renan Sukmawan, ST, SpJP (K), PhD, MARS, FIHA, FACC

12nov3Tantangan utama di Indonesia adalah geografis, transportasi, sehingga distribusi tenaga kesehatan sangat dipengaruhi oleh hal ini. Kematian terbanyak di dunia disebabkan oleh kardiovaskular. Serangan jantung memerlukan layanan kesehatan segera dalam 24/7 (24 jam sehari selama 7 hari) dan kecepatan pemberian layanan. Pelayanan kesehatan 24/7 akan berjalan jika sudah ada universal health coverage. Contoh pelayanan 24/7 yang baik ada di Jepang, di sana ada banyak tempat pelayanan kesehatan dengan cepat. Jika pelayanan jantung tidak dapat dilaksanakan secara cepat, maka akan berkembang bisa meninggal atau menjadi gagal jantung. Kemudian ketika menjadi gagal jantung, tentu hal ini akan menjadi beban kesehatan.

Contoh kedua adalah di Macedonia, yaitu negara sosialis yang mana semua hal disana universal covered, dengan kata lain semua hal ditanggung oleh negara. Dalam hal ini termasuk juga pemberian layanan kesehatan ke masyarakat. Distribusi pelayanan kardiovaskular harus terus dikembangkan di Indonesia. Bagaimana caranya mengatasi distribusi SPJP? Pertama, prioritaskan pemerataan dokter SPJP, dengan kemampuan akademik yang cukup dan mempunyai rencana penempatan yang jelas. Kemudian bisa juga dengan pemberian kesempatan untuk putra daerah Papua seperti yang telah dilakukan di Universitas Indonesia. Penguatan sejawat dokter umum untuk melakukan deteksi dini terkait jantung. Pemakaian data untuk kebijakan harapannya dapat digunakan untuk peningkatan kualitas pelayanan.

Pembahas ke-2

Oleh: Sugianto, SKM, MSc.PH

12nov4Sugianto membahas materi tentang perspektif penggunaan data rutin. Informasi kesehatan yang relevan, dapat dipercaya, akurat, dan tepat waktu dibutuhkan dalam menentukan kebijakan, strategi dan operasional pembangunan kesehatan. Sugianto juga menyampaikan sumber data laporan penyakit jantung yang dapat digunakan. Selain itu, Sugianto menampilkan daftar penyakit tertinggi di Indonesia tahun 2019 berdasarkan Disability-Adjusted Life Year (DALY), yaitu angka kematian yang disebabkan karena disabilitas, kematian premature, penyakit yang melumpuhkan dan road injury. Sugianto juga menyampaikan beberapa tantangan terkait dengan penggunaan data rutin. Terdapat rencana penelitian yang akan dilakukan yang terbagi menjadi beberapa topik dengan waktu penelitiannya masing – masing. Berdasarkan penyampaian materi, penguatan data rutin terkait penyakit jantung masih perlu ditingkatkan bahkan masih dibutuhkan upaya yang luar biasa dalam meningkatkannya, pengendalian penyakit jantung tidak hanya dilihat dari satu sisi penyakit saja namun perlu juga dilihat dari faktor risiko, serta alokasi sumber dana.

Pembahas ke-3

Oleh: Benjamin Saut Parulian Simanjuntak

Sub tema 12nov5Seluruh pelayanan jantung menggunakan biaya sebanyak 10,5 triliun di tahun 2018. Sebanyak 21% biaya pelayanan Jantung terserap dari total biaya pelayanan katastropik keseleruhan (2017-2018), sedangkan sebanyak 22% terserap dari total biaya pelayanan kesehatan keseluruhan (2017-2018). Tindakan kardiovaskular terbanyak dilakukan adalah pembedahan by pass pembuluh koroner (CABG), katerisasi jantung, dan prosedur kardiovaskular (PCI). Ketiga tindakan tersebut banyak terjadi di DKI Jakarta.

Sedangkan jumlah dokter spesialis jantung di Indonesia adalah sebanyak 758 orang dengan jumah cath lab tersedia di 205 rumah sakit. Hasil kajian internal menyebutkan tentang penyusunan rencana jangka pendek maupun jangka panjang dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar yaitu bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mendukung akses dan mengurangi kesenjangan. Kemudian distribusi sarana prasarana serta tenaga medis pada pelayanan jantung untuk daerahh yang diprioritaskan. PMK baru menjadi rujukan, karena dengan kondisi fiskal masing-masing, hal ini dapat menjadi pertimbangan percepatan dalam pembangunan pelayanan kesehatan terutama jantung. Monitoring dan evaluasi dari tiap daerah juga diperlukan. Selain itu, juga diperlukan audit medis untuk kasus-kasus seperti level III CABG dan kateterisasi, melakukan rasionalisasi tarif tindakan jantung berdasarkan tingkat keparahan dan regionalisasi tarif, serta melakukan pemetaan fasilitas di rumah sakit.

Pembahas ke-4

Oleh: Prof. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D.

Dalam DaSK terdapat banyak data yang dapat digunakan dari berbagai sumber. Jika melihat ke dalam DaSK, kita dapat melihat data di level provinsi dan kabupaten/kota. Yang perlu dilakukan adalah melakukan penelitian dengan menggunakan data yang sudah ada. Kemudian hasil penelitian dapat dilanjutkan untuk membuat analisis kebijakan dan rekomendasi kebijakan. Rekomendasi kebijakan ini nantinya bisa dilanjutkan ke pemangku kepentingan tingkat atas, misal Dirjen, Presiden, maupun DPR. Penulisan kebijakan sangat terbuka untuk bisa masuk ke publikasi jurnal yang memiliki reputasi. Hal ini berarti bahwa terjadi penggunaan metodologi penelitian kebijakan dan proses kebijakan di kalangan klinisi.

Diskusi dilaksanakan dengan dipandu oleh moderator. Para peserta terlibat secara aktif dalam memberikan pertanyaan.

SESI 2

Disparitas Ketersediaan dan Pemanfaatan Pelayanan Cardiovascular Disease (CVD) di Indonesia
Oleh: Dr. Juanita, S.E., M.Kes.

Juanita menyampaikan latar belakang jumlah kematian karena CVD secara global maupun di Indonesia, serta proyeksi angka kematian akibat CVD di tahun 2030 yaitu sebanyak 23,6 juta jiwa. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi dan menganalisis ketersediaan serta pemanfaatan dari pelayanan CVD di Indonesia. Penelitian ini menggunakan DaSK sebagai sumber data, data sekunder dari BPJS Kesehatan, dengan populasi yaitu semua data di Indonesia. Pemanfaatan layanan CVD terbanyak terdapat di Jawa Tengah (2016), sedangkan persentase tertinggi dari klaim CVD berdasarkan kepesertaan di tahun 2016 adalah kepesertaan PBPU yaitu sebanyak 42,4%, PPU yaitu sebanyak 35,9%, dan PBI yaitu sebanyak 21,7%.

Tenaga Kerja Kardiovaskular di Beberapa Negara
Oleh: Widy Arini Nur Hidayah, MPH.

Widy menyampaikan beberapa kategori ketenagakerjaan kardiovaskular di luar negeri. Terdapat beberapa temuan artikel yang relevan dengan distribusi tenaga kerja di berbagai negara. Kemudian Widy menyampaikan beberapa temuan tentang ketenagakerjaan kardiovaskular di beberapa negara, seperti US, China, Polandia, Peru, dan Nigeria. Berdasarkan artikel yang sudah dikumpulkan, diketahui bahwa distribusi kerja kadiologi yang tidak merata, baik secara geografis maupun jika dilihat dari rasio terhadap populasi. Selain itu ada juga akses terhadap layanan yang tidak merata. Hal ini tidak hanya terjadi di negara berkembang saja, tetapi juga terjadi di negara maju seperti US dan Polandia. Sampai saat ini belum ditemukan artikel mengenai ketenagakerjaan kardiovaskular di Indonesia yang dipublikasikan di publikasi internasional. Hal ini membuka peluang bagi kita untuk mempublikasikan beberapa penelitian tentang ketenagakerjaan kardiovaskular di Indonesia dengan menggunakan data sekunder yang sudah ada.

Sesi diakhiri dengan penyampaikan kesimpulan oleh Prof. Laksono Trisnantoro, M.Sc. Ph.D. untuk memicu peserta dalam menggunakan data rutin yang ada di DaSK serta untuk bisa terlibat dalam rangkaian kegiatan Fornas. Kemudian sesi ditutup MC dengan menyampaikan agenda kegiatan berikutnya, yaitu Kamis (12 November 2020) pukul 08.30 – 12.00 WIB dengan tema “Dukungan DaSK untuk Memperkuat Kebijakan Kanker.”

Reporter: Rokhana Diyah Rusdiati

MATERI PRESENTASI DAN VIDEO 
Semua materi presentasi dan Video rekaman dapat diakses pada link berikut

KLIK DISINI

 

 

 

Topik 5 Kebijakan Ketahanan Kesehatan dalam menghadapi Bencana Pandemi COVID-19

Kerangka Acuan Kegiatan Zoom Meeting

Sub-Seminar dalam Fornas JKKI

Topik 5
Kebijakan Ketahanan Kesehatan
dalam menghadapi Bencana Pandemi COVID-19

Jumat, 20 November 2020

  Pengantar

Bencana pandemi COVID-19 merupakan hal yang baru yang dihadapi berbagai negara. Kelemahan negara mengatasi pandemi ini menunjukkan kelemahan sistem kesehatan yang sudah terbangun. Terlihat setelah memasuki bulan ke 8, belum ada tanda-tanda penurunan kasus di Indonesia secara khusus. Sudah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menjaga ketahanan kesehatan karena pandemi ini. Berbagai kebijakan terkait protokol kesehatan sudah dikeluarkan dan disosialisasikan kepada masyarakat. Ketahanan kesehatan ini akan terwujud jika setiap komunitas peduli dan konsisten menerapkan kebijakan protokol kesehatan dalam pencegahan penyebaran pandemi COVID-19.

Ketahanan kesehatan menjadi sangat penting dalam menghadapi berbagai tantangan dimasa mendatang. Merujuk pada Instruksi Presiden Nomor 4/2019, secara umum ketahanan kesehatan dapat digambarkan sebagai kemampuan ketahanan nasional dalam menghadapi kedaruratan kesehatan masyarakat dan/atau bencana non-alam akibat wabah penyakit, pandemi global, dan kedaruratan nuklis, biologi, dan kimia yang dapat berdampak nasional dan/atau global. Adanya pandemic COVID-19 menunjukkan bahwa ketahanan kesehatan masih perlu untuk ditingkatkan baik dari segi sistem kesehatan, fasilitas kesehatan maupun ketersediaan tenaga kesehatan. Jika dibiarkan, negara akan kewalahan, semakin banyak kasus sementara fasilitas kesehatan sudah penuh dan tingginya angka kematian tenaga kesehatan karena terpapar virus Covid-19.

Seminar ini merupakan salah satu rangkaian seminar pada Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia X (Fornas JKKI 2020). Keprihatinan terhadap ketahanan kesehatan dengan adanya pandemi COVID-19 menjadi dasar diselenggarakan seminar kebijakan ketahanan kesehatan dalam menghadapi pandemi COVID-19. Pada seminar ini akan dibahas bagaimana kebijakan-kebijakan dalam menjaga ketahanan kesehatan khususnya selama penanganan COVID-19 ataupun situasi bencana dan krisis kesehatan lainnya. Harapannya seminar ini akan menghasilkan satu pembelajaran dan praktik rekomendasi untuk meningkatkan ketahan kesehatan kedepannya

  Tujuan

Tujuan seminar ini adalah untuk mendiskusikan kebijakan ketahanan kesehatan dalam menghadapi bencana pandemic COVID-19, bencana dan krisis kesehatan.

  Proses Kegiatan

Kegiatan ini berlangsung dalam satu hari dimana beberapa narasumber akan menyampaikan materi atau bahas diskusi terkait topik ketahanan kesehatan dalam menghadapi bencana pandemi COVID-19. Selanjutnya kan dibahas oleh beberapa ahli kebijakan baik dari sektor pemerintahan dan sektor swasta. Kegiatan eminar juga diwadahi melalui virtual.

  Peserta Kegiatan

Seminar ini terbuka untuk umum.
Diharapkan pemerhati dan peneliti bidang bencana dan krisis kesehatan, epidemiolog, global health security, ketahanan kesehatan, sistem kesehatan indonesia, serta praktisi dan mahasiswa pascasarjana kesehatan dapat terlibat dalam kegiatan ini.

Output Kegiatan

Peserta memahami bagaimana kondisi ketahanan kesehatan dalam menghadapi bencana, krisis kesehatan dan pandemic COVID-19 sekarang ini. Kemudian dari hasil diskusi seminar ada pembelajaran dan praktik rekomendasi yang mendukung perningkatan kebijakan ketahanan kesehatan kedepannya.

  Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Jumat, 20 November 2020
Pukul : 08.00 – 11.23 WIB

  Agenda

Jumat, 20 November 2020
Waktu Materi / Kegiatan Narasumber / Moderator
08.00 – 08.05 Pengantar – Prof. dr. Laksono Trisnantoro. MSc, PhD

VIDEO

08.05 – 08.20 Presentase Policy Brief 

Percepatan Penanganan COVID-19 dalam bentuk PSBB dan Karantina Terpusat di Kota Kupang”
Dr. Drg Dominikus Minggu, M. Kes.

VIDEO   MATERI

Penerapan Protokol Kesehatan dalam Era Tatanan Normal Baru di Provinsi NTT
Dr. Ina Debora Ratu Ludji, SKp., M. Kes. 

VIDEO   MATERI

Dua Pilihan, Kesehatan Fisik dan Mental atau Ekonomi
Dra. Sri Siswati, Apt. S. H., M. Kes

VIDEO   MATERI

Moderator :
Gde Yulian Yogadhita M.Epid, Apt
08.20 – 08.30 Sesi Tanya Jawab

VIDEO

Juri :

  • dr. Hendro Wartatmo, SpB.KBD
  • dr. Sulanto Saleh Danu, Sp.FK
08.30 – 08.45 Presentase Rencana Operasi Dinas Kesehatan Alfina A.Deu, SKM, M.Si – Kepala UPT P2KT Dinkes Prov. Sulawesi Tengah

VIDEO   MATERI

08.45 – 09.00 Diskusi Rencana Operasi Dinas Kesehatan Moderator :
Gde Yulian Yogadhita M.Epid, Apt

09.05 – 09.50

  • Penelitian Ketahanan Kesehatan di Indonesia
  • Penelitian Dokumentasi Sistem Layanan Kesehatan pada Masa Covid-19
  • Kebijakan Ketahanan dalam Menghadapi Bencana Pandemi COVID-19
Madelina Ariani, SKM., MPH – Peneliti PKMK FKKMK UGM

VIDEO   MATERI

Putu Eka Andayani, SKM., M.Kes – Peneliti / Konsultan PKMK FKKMK UGM

VIDEO   MATERI

09.50 – 10.35

Pembahasan

dr. Endang Budi Hastuti – Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan

VIDEO

Dewi Amelia S. – Kementerian PPN/Bappenas

VIDEO

Pandu Harimurti – Senior Health Specialist World Bank, Indonesia

VIDEO   MATERI

drg. Pembayun Setyaning Astutie, M.Kes – Dinkes Kesehatan Provinsi DIY

VIDEO

10.35 – 11.06 Diskusi

VIDEO

Moderator : dr. Bella Donna, M.Kes
11.06 – 11.10 Penutupan

 

REPORTASE

 

 

Topik 4 Pendekatan Knowledge Management untuk Memperkuat Sistem Kesehatan dalam Merespon Pandemi COVID-19

Kerangka Acuan Kegiatan Zoom Meeting

Sub-Seminar dalam Forum Nasional X JKKI

Topik 4
Pendekatan Knowledge Management untuk Memperkuat Sistem Kesehatan dalam Merespon Pandemi COVID-19

Kamis, 19 November 2020

  Pengantar

Pengetahuan mengenai penyakit baru seperti COVID-19 perlu terus dikembangkan oleh organisasi-organsiasi kesehatan. Pengetahuan tentang COVID-19 terus berkembang dan hal tersebut mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi dalam merespon pandemi ini. Pengetahuan terkait COVID-19 ini akan mempengaruhi RS merespon dengan strategi yang tepat. Kegagalan dalam mendapatkan pengetahuan yang tepat akan mempengaruhi respon rumha sakit, yang juga akan membahayakan tenaga Kesehatan dan pasien lainnya.

Rumah sakit, dinas kesehatan dan institusi pelayanan kesehatan lainnya adalah institusi yang kaya data dan informasi dari dalam dan luar organisasi. Berbagai data pelayanan kesehatan dikumpulkan oleh institusi tersebut. Agar data menjadi bermanfaat dan memiliki makna, perlu dilakukan pemrosesan data dan analisis agar menjadi informasi yang selanjutnya akan berkontribusi dalam pengembangan pengetahuan yang penting bagi organisasi tersebut, termasuk mengenai COVID-19. Pengembangan Knowledge Management ini diharapkan memudahkan institusi untuk mendokumentasikan dan mengelola informasi yang berkaitan dengan penanganan pandemi ini dengan baik. Pengembangan dengan pendekatan Knowledge Management ini belum pernah dilakukan di Indonesia. Apalagi karena pandemi ini semua tenaga medis (knowledge workers) lebih sibuk untuk pelayanan sehingga tidak cukup waktu untuk update berbagai informasi. Informasi tentang ilmu pengetahuan terbaru harus dipilah dan perlu waktu untuk mencari, mengumpulkan, membaca, membuat summary, hingga akhirnya bagaimana pengetahuan tersebut dapat dipakai untuk memberikan dampak terhadap kinerja RS.

  Tujuan

Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk memaparkan pentingnya pendekatan knowledge management untuk memperkuat sistem kesehatan dalam merespon pandemi COVID-19.

  Proses Kegiatan

Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia dan akan dilaksanakan dalam bentuk diskusi secara daring.

  Peserta Kegiatan

Target peserta yang diharapkan bergabung adalah :

  1. Manajemen rumah sakit
  2. Unit Perpustakaan dan Litbang RS
  3. Dinas kesehatan provinsi / kabupaten / kota
  4. institusi pelayanan Kesehatan
  5. Peserta pelatihan Angkatan 1 (pelatihan perpustakaan sebagai learning resource center)

Output Kegiatan

Peserta memahami bagaimana kondisi ketahanan kesehatan dalam menghadapi bencana, krisis kesehatan dan pandemic COVID-19 sekarang ini. Kemudian dari hasil diskusi seminar ada pembelajaran dan praktik rekomendasi yang mendukung perningkatan kebijakan ketahanan kesehatan kedepannya.

  Waktu dan Tempat

Kegiatan dengan tema Pendekatan Knowledge Management untuk Memperkuat Sistem Kesehatan dalam Merespon Pandemi COVID-19 akan dilaksanakan pada kamis, 19 November 2020 pukul 08.30 – 12.05 WIB

  Agenda

KAMIS, 19 NOVEMBER 2020
Pukul Acara
08.30 – 08.45 WIB Pengantar

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc. Ph.D (Ketua Board PKMK FK – KMK UGM)

VIDEO

08.45 – 09.45 WIB Narasumber:

dr. Trisa Wahjuni Putri, M.Kes – Kebijakan pengembangan manajemen pengetahuan untuk institusi dan tenaga kesehatan

Ringkasan materi: Menjelaskan mengenai aspek pemenuhan SDM kesehatan untuk penanganan COVID-19, penguatan laboratorium, provider safety, keamanan tenaga kesehatan, dan pengembangan dalam sistem informasi.

VIDEO   MATERI

dr. R. Detty Siti Nurdiati MPH. Ph.D, Sp.OG(K) – Ketua Cochrane Indonesia – Peran Cochrane Indonesia Untuk Memperkuat Knowledge Management bagi Klinisi

Ringkasan materi: Menjelaskan mengenai peran Cochrane Indonesia sebagai organisasi non-profit, inovasi Cochrane Indonesia yang merancang clinical Q&A untuk membantu klinisi, dan informasi mengenai penurunanan grafik pengakses Cochrane.

VIDEO   MATERI

dr. Lutfan Lazuardi, PhD (UGM) – Inisiatif Pengembangan Knowledge Management di Institusi Kesehatan

Ringkasan materi: Menjelaskan mengenai inisiasi yang dilakukan PKMK yaitu pelatihan dalam rangka penguatan kapasitas SDM perpustakaan di RS dan pengembangan website manajemencovid.net serta pengembangan masyarakat praktisi.

VIDEO   MATERI

Sukirno, SIP, MA (Ketua Perpustakaan FK-KMK UGM) – Pengembangan perpustakaan digital di era pasca Covid-19

Ringkasan materi: Menjelaskan mengenai materi mengenai knowledge management untuk menanggapi pandemi COVID-19 dengan berbagai inovasi yang dapat dilakukan Rumah Sakit.

VIDEO   MATERI

09.45 – 10.30 WIB

Pembahas:

Prof. Adj. dr. Hans Wijaya (CEO RS National Hospital)

Ringkasan materi: Menyampaikan mengenai saat pandemi ini klinisi membutuhkan informasi yang cepat dan mudah dipahami untuk diterapkan di lapangan.

VIDEO

Hendro Subagyo, M.Eng (Kepala Pusat Data dan Dokumentasi Ilmiah, LIPI)

Ringkasan materi: Menyampaikan bahwa metadata dan taksonomi sangat membantu dalam pencarian arsip yang telah lalu dan masih dibutuhkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

VIDEO   MATERI

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc. Ph.D (Kepala Departemen HPM, FK-KMK UGM)

Ringkasan materi: Menyampaikan bahwa belum semua organisasi pelayanan kesehatan menerapkan prinsip Knowledge Management termasuk dalam penanganan COVID-19.

VIDEO

Dr. dr. Andreasta Meliala, M.Kes, MAS (Direktur Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, FK-KMK UGM)

Ringkasan materi: Menyampaikan bahwa RS harus berani berinvestasi dalam pengembangan Knowledge Management karena RS adalah tempat yang kaya data.

VIDEO

10.30 – 11.30 WIB Diskusi
11.30 – 11.45 WIB Presentasi Policy Brief

Usulan Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Penggunaan Pestisida Pada Petani di Lampung
(Fitria Saftarina, Jamsari, Masrul dan YulinarEka Lestari)

VIDEO

Penguatan Manajemen Puskesmas Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Melalui PMK 46 Tahun 2016 Paska Penilaian Akreditasi di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat
(Ch.Tuty Ernawati)

VIDEO   MATERI

Perlunya Segera Revisi UU Wabah Penyakit Menular No. 4 Tahun 1984
(Tri Astuti Sugiyatmi)

VIDEO

11.45 – 12.00 WIB Diskusi Policy Brief

VIDEO

12.00 – 12.05 WIB Penutupan (dr. Lutfan Lazuardi, Ph.D)

VIDEO

 

REPORTASE

 

 

Topik 3 Opsi Penguatan Kebijakan JKN yang Berkeadilan, Akuntabel dan Bermutu

 Hasil Kegiatan

Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia X (Fornas JKKI 2020)

Topik 3 Opsi Penguatan Kebijakan JKN yang Berkeadilan, Akuntabel dan Bermutu

Telah diselenggarakan pada 13 – 18 November 2020

  Pengantar

Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (PKMK FK – KMK UGM) dan Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia (JKKI) terus menjaga komitmennya untuk memonitor keberlangsungan dan keadilan penyelenggaraan program JKN. Bukan hanya keadilan antar segmen peserta tetapi juga keadilan antar daerah. Kebijakan JKN menjadi isu penting karena semenjak dioperasionalkan, terjadi pergeseran dalam sistem kesehatan dan sistem jaminan kesehatan. Pergeseran ini telah memunculkan berbagai dampak positif dan dampak yang tidak diharapkan. Hal yang baik adalah kebijakan JKN telah mampu melindungi jutaan masyarakat Indonesia dari risiko kemiskinan akibat sakit. Di sisi lain, terjadi potensi ketidakmerataan manfaat JKN di berbagai wilayah Indonesia. Hal ini terjadi karena kebijakan JKN dimulai dengan kondisi ketimpangan supply side antar wilayah. Terjadi ketidakadilan yang masif. Indonesia adalah negara dengan sistem desentralisasi yang terdiri dari 34 provinsi dan lebih dari 514 kabupaten/kota, di mana daerah – daerah ini memiliki kapasitas sistem kesehatan serta tata kelola pemerintahan yang bervariasi. Salah satu akar masalah penting adalah kebijakan JKN dengan UU SJSN (2004) dan UU BPJS (2011) merupakan kebijakan yang di rancang secara sentralistis. Sementara kebijakan pemerintah dan sektor kesehatan bersifat desentralistis sehingga berimbas kepada: 1) kebijakan afirmatif yang dibentuk untuk daerah dengan keterbatasan fasilitas kesehatan, fiskal dan geografis dalam akses pelayanan JKN belum ada sampai sekarang; 2) Ada fragmentasi dalam perencanaan dan tata kelola JKN antara kementerian/lembaga dan pemerintah; 3) peningkatan mutu dan pengendalian biaya serta pencegahan kecurangan program JKN belum berjalan optimal. Untuk mendorong penyelesaian masalah ketidak adilan sosial dan yang terkait, PKMK FK – KMK UGM dengan dukungan dari Knowledge Sector Initiative (KSI) melakukan advokasi kebijakan. Proses tersebut telah berlangsung sejak 2014, dimana dilakukan kegiatan monitoring pelaksanaan kebijakan JKN dengan berlakunya UU BPKS. Selama 5 tahun dilakukan monitoring pada 2019 melakukan penelitian evaluasi kebijakan dan penyusunan policy brief JKN. Ketika pandemi COVID-19 mengenai Indonesia pada 2020, berbagai kegiatan untuk evaluasi kebijakan dan rekomendasi kebijakan untuk JKN berhenti. Sambil menunggu situasi, pada Maret hingga Agustus 2020 PKMK FK – KMK UGM memperkuat alat advokasi dengan menyusun Dokumen Analisis Kebijakan berbentuk Daftar Isian Masalah (DIM) pelaksanaan UU SJSN Tahun 2004 dan UU BPJS Tahun 2011. Dokumen ini memiliki fungsi untuk merumuskan masalah dari setiap pasal kebijakan kedua UU dan menganalisis opsi yang layak. Melalu kegiatan advokasi, PKMK FK – KMK UGM bermaksud membentuk koalisi advokasi kebijakan JKN dengan kelompok kepentingan yang memiliki tujuan sama. Untuk mendukung keberhasilan advokasi tidak hanya berhenti pada seminar dalam Forum JKKI, terdapat beberapa kegiatan lain setelahnya.

  Tujuan

  1. Mengkomunikasikan fakta dan bukti ilmiah pelaksanaan JKN periode 2014 – 2020.
  2. Memicu perhatian dan respons pemangku kepentingan dalam menyempurnakan kebijakan JKN yang berkelanjutan, bermutu dan berkeadilan sesuai tujuan UUD 1945 dan UU SJSN/UU BPJS.
  3. Meningkatkan partisipatif yang konstruktif akademisi dan berbagai kalangan lainnya dalam ranah penyusunan dan evaluasi kebijakan JKN di pusat dan daerah.
  4. Membahas usulan Daftar Isian Masalah UU SJSN dan UU BPJS.
  5. Menambah jejaring koalisi advokasi kebijakan JKN di pusat maupun daerah.

  Waktu dan Tempat

Telah diselenggarakan pada: tanggal : 13 – 18 November 2020 Tempat : Jl Medika, Gedung Litbang Lt 1, Common Room.

Peserta

Jumlah peserta yang telah mengikuti adalah 638 orang secara daring. Adapun kategori asal instansi peserta yang telah mengikuti kegiatan, yaitu:
  1. Mitra penelitian kebijakan JKN PKMK FK-KMK UGM
  2. Pengambil keputusan kebijakan JKN (Kementerian Kesehatan, BPJS Kesehatan, DJSN, Komisi IX DPR RI)
  3. Pusat penelitian kesehatan
  4. Asosiasi profesi kesehatan
  5. Asosiasi pelayanan kesehatan
  6. Mahasiswa S2 dan S3 kebijakan kesehatan masyarakat

  Agenda

Topik 2 Dukungan Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) dan Penggunaan Data Rutin dalam Memperkuat Sistem Kesehatan Era Pandemi COVID-19

Hasil Kegiatan

Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia
(Fornas JKKI) X Tahun 2020

Seminar Topik 2
Dukungan Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) dan Penggunaan Data Rutin dalam Memperkuat Sistem Kesehatan Era Pandemi COVID-19

Kasus: Kebijakan Masalah Kesehatan Prioritas (KIA, Gizi, Jantung, dan Kanker)

Senin – kamis, 9-12 November 2020

  Pengantar

Empat masalah kesehatan yang menjadi prioritas di Indonesia saat ini yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi, Cardiovascular Disease (CVD), dan kanker. Kementerian Kesehatan melalui berbagai direktorat terkait telah mengimplementasikan berbagai kebijakan dan program kesehatan untuk menangani masalah prioritas tersebut. Namun demikian, kegiatan – kegiatan tersebut tidak mudah untuk dijalankan, terlebih dalam masa pandemi COVID-19. Tantangan sistemik yang timbul dari pandemi COVID-19 ini menimbulkan dampak negatif terhadap penanganan – penanganan kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan lebih lanjut agar kebijakan dan program kesehatan tersebut lebih dapat dilakukan berdasarkan data terkini dan sesuai dengan konteks lokal spesifik.

Penggunaan Data Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK)

Berawal dari kebutuhan di atas, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) FK – KMK UGM bersama dengan World Health Organization (WHO) mengembangkan upaya untuk memperkuat penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan yang berbasis bukti atau data. Salah satu tahapan yang telah diinisiasi adalah dengan pembuatan data repository yaitu Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) yang terdapat dalam website www.kebijakankesehatanindonesia.net. DaSK berisi (1) data yang terkait dengan indikator-indikator pembangunan kesehatan, beban penyakit, dan berbagai data lain termasuk penggunaan fasilitas kesehatan di sistem kesehatan Indonesia; dan (2) berbagai penelitian kebijakan, analisis kebijakan, dan rekomendasi kebijakan berbasis data untuk berbagai masalah dan tantangan prioritas di sistem kesehatan. DaSK tidak terbatas sebuah dashboard, tetapi dilengkapi dengan bagian untuk Penelitian Kebijakan, Analisis Kebijakan, dan Rekomendasi Kebijakan.

Penggunaan Data Rutin

Sistem Informasi Kesehatan Rutin (SIKR), yang didefinisikan sebagai sistem yang mengumpulkan data tentang layanan yang diberikan di fasilitas dan institusi kesehatan publik, swasta, dan tingkat komunitas merupakan hal yang perlu diperkuat untuk meningkatkan efektivitas sistem kesehatan. Memperkuat penggunaan data rutin adalah komponen penting dari penguatan sistem kesehatan secara keseluruhan dan untuk melacak kemajuan menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), termasuk tujuan untuk mencapai Cakupan Kesehatan Universal (UHC).

Meskipun penting, data yang bersumber dari laporan-laporan kurang digunakan oleh pembuat keputusan dan para analis kebijakan karena masalah ketersediaan dan validitas data. Dalam hal ini perlu dilakukan keberanian untuk menggunakan data rutin, seperti Komdat, EPPBGM, sampai data laporan BPJS.

Berbagai data ini perlu didayagunakan untuk pengembangan kebijakan di berbagai masalah kesehatan prioritas. Pengembangan kebijakan ini menggunakan kerangka kerja data untuk kebijakan yang mencakup proses penelitian, analisis kebijakan, penyusunan policy brief, sampai dialog kebijakan. Proses ini merupakan knowledge translation yang bukan hanya melibatkan akademisi, tenaga ahli, dan pemerintah, melainkan juga melibatkan dinas/ sektor atau lembaga/ organisasi di luar sektor kesehatan, bahkan partisipasi masyarakat. Proses knowledge translation dapat menjadi salah satu komponen penting untuk mendukung kebijakan pembangunan kesehatan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.

Di dalam konteks transfer ilmu pengetahuan ini, Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia (Fornas JKKI) ke – X tahun 2020 telah menyelenggarakan serangkaian kegiatan, salah satunya adalah rangkaian seminar “Dukungan Dashboard Sistem Kesehatan (DaSK) dan Penggunaan Data Rutin dalam Memperkuat Sistem Kesehatan Era Pandemi COVID-19 untuk Kebijakan Masalah Kesehatan Prioritas KIA, Gizi, Jantung, dan Kanker” yang merupakan metode baru pemanfaatan data di sektor kesehatan.

Format Fornas JKKI ini menggunakan pendekatan pelatihan tentang kebijakan dan presentasi hasil atas pemanfaatan data – data kesehatan di DaSK. Oleh karena itu, ada rangkaian kegiatan sebelum (pre-fornas), seminar forum kebijakan kesehatan Indonesia, dan sesudah (pasca fornas). Berbeda dengan pelaksanaan fornas tahun – tahun sebelumnya, kegiatan fornas tahun 2020 ini telah dilakukan melalui seminar jarak jauh (webinar).

  Output

output atau keluaran dari seminar forum kebijakan kesehatan Indonesia adalah:

  1. Memahami pemanfaatan data DaSK dalam proses perumusan kebijakan kesehatan
  2. Menggunakan data rutin seperti Komdat di Kemenkes untuk pemulihan program KIA dalam masa pandemi COVID-19.
  3. Memahami kebijakan – kebijakan dan program terkait KIA, Gizi, Jantung, dan Kanker di masa pandemi COVID-19
  4. Memahami proses penelitian kebijakan topik KIA, Gizi, Jantung, dan Kanker menggunakan DaSK
  5. Menampilkan hasil sementara analisis kebijakan dari kegiatan DaSK-WHO

  Pelaksanaan Kegiatan

Seminar telah dilaksanakan pada
Hari, tanggal : Senin – Kamis, 9 – 12 November 2020
Waktu : 08.30 – 12.00 WIB

  Peserta

Peserta kegiatan seminar adalah sebagai berikut:

  1. Pengambil kebijakan kesehatan Indonesia : Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, DPR, Dinas Kesehatan, Inspektorat, dan lembaga pemerintah lainnya.
  2. Pengelola sarana pelayanan kesehatan: Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) milik pemerintah maupun swasta, balai kesehatan, dan sarana pelayanan kesehatan lainya.
  3. Perguruan tinggi: Dosen, peneliti, akademisi, dan mahasiswa
  4. Pengelola Data di Indonesia
  5. Balitbangkes seluruh Indonesia
  6. Analis-analis kebijakan di lembaga-lembaga pemerintah atau swasta
  7. Pelaku Pelayanan Kesehatan: Tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, ahli gizi, dll), organisasi profesi, asosiasi pelayanan kesehatan, lembaga asuransi/ pembiayaan kesehatan pemerintah dan swasta, lembaga sertifikasi/ akreditasi, LSM bidang kesehatan.
  8. Manajemen, unit litbang dan penelitian di rumah sakit

  Hasil Kegiatan

HARI 1 – TOPIK KIA

SENIN, 9 NOVEMBER 2020
Tema: Dukungan DaSK dan Data Rutin Dalam Memperkuat Sistem Kesehatan Era Pandemi COVID-19 untuk Kebijakan KIA
Pukul (WIB)Acara 
08.30 – 08.35Pembukaan dan Sistematika Pelaksanaan Forum Nasional
08.35 – 08.40

Pengantar Prof. Laksono Trisnantoro – Ketua Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

  VIDEO   MATERI

08.40 – 08.50Pembukaan Dr. Vinod Bura, MPH – World Health Organization   VIDEO
08.50 – 09.10

Keynote Speaker

dr. Kirana Pritasari, MQIH – Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan: Kebijakan Pemerintah untuk Monitoring dan Evaluasi Dampak Pandemi COVID-19 untuk KIA-KB dan Gizi

  VIDEO   MATERI

09.20 – 10.20

Narasumber: Penggunaan Data Rutin untuk keputusan Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Ringkasan Materi: menjelaskan pentingnya pemanfaatan data rutin untuk tujuan penguatan sistem kesehatan dalam konteks mencapai cakupan kesehatan universal dan tujuan pembangunan yang berkelanjutan. Saat ini, data rutin masih kurang digunakan oleh pembuat keputusan dan ada banyak tantangan dalam menggunakan data rutin sehingga perlu dilakukan perbaikan.   VIDEO   MATERI

  • dr. M. Lutfan Lazuardi, M.Kes., Ph.D
  • Insan Rekso Adiwibowo, M.Sc

dr. Erna Mulati, M.Sc. CMFM: Penerapan Simatneo dalam Mendukung Peningkatan Pelayanan Maternal Neonatal di Fasyankes. Ringkasan materi: menjelaskan bahwa salah satu strategi untuk menurunkan AKI dan AKB di Indonesia yaitu dengan memperkuat monitoring dan evaluasi terhadap sistem kesehatan yang mendukung kesehatan ibu dan bayi   VIDEO   MATERI dr. Detty Siti Nurdiati Z, MPH, PhD, Sp.OG(K): Evidence Based Policy dalam Mengurangi Kematian Ibu. Ringkasan materi: menjelaskan proses penyusunan kebijakan penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi berbasis data   VIDEO   MATERI dr. Meineni Sitaresmi, SpA(K), PhD: Penggunaan data Komdat untuk pemulihan pelayanan kesehatan Bayi. Ringkasan materi: menjelaskan dampak pandemi Covid-19 terhadap kematian ibu dan anak serta berbagai upaya untuk mengurangi kesakitan serta kematian ibu dan anak. Telah dibentuk dashboard PulihCovid19 sebagai penyedia data agar pengambil kebijakan segera merumuskan strategi aksi perbaikan layanan KIA yang berdampak COVID-19   VIDEO   MATERI

10.20 – 11.05

Pembahas:

Dr. dr. Leo Prawirodihardjo, SpOG(K), MKes, MM, MARS, PhD   VIDEO dr. Sigit Sulistyo, MPH – MCH Team Lead USAID   VIDEO

11.05 – 11.55

  SESI DISKUSI

11.55 – 12.30Presentasi Policy Brief  Penguatan Pelayanan Posyandu Menjawab Tantangan Kesehatan Ibu dan Anak di Wilayah Kumuh Kota Makassar Selama Pandemik Covid-19 Oleh Sandra Frans, Siti Nurfadillah MATERI Inovasi Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Berbasis Aplikasi Telepon Seluler Dalam Meningkatkan Kesehatan Anak Oleh dr. Dwi Astuti Dharma Putri, M.ClinRes, dr. Jeslyn Tengkawan, dr. Zulfikar Ihyauddin MATERI Akankah Capaian SPM Bidang Kesehatan Ibu dan Anak Solusi Penurunan AKI dan AKB di Provinsi Sumatera Barat Oleh Ch.Tuty Ernawati MATERI

REPORTASE

HARI 2 – TOPIK GIZI

SELASA, 10 NOVEMBER 2020
Tema:
Dukungan DaSK dan Data Rutin Dalam Memperkuat Sistem Kesehatan Era Pandemi COVID-19 untuk Kebijakan Stunting dan Gizi Masyarakat
Pukul (WIB)Acara
08.30 – 08.40

Pengantar

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD

  VIDEO

08.40 – 09.20

Narasumber:

Prof. Masrul, PhD – Universitas Andalas: Penggunaan Data Rutin untuk Gizi

Ringkasan materi: menjelaskan penggunaan data rutin untuk program gizi di Indonesia. Saat ini, laporan rutin bulanan untuk kegiatan gizi sudah punya suatu sistem laporan yaitu e-PPGBM yang diharapkan dapat dijadikan sebagai sistem informasi kesehatan rutin agar dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan perencanaan penyusunan program setiap tahunnya.

MATERI     VIDEO

Dr. RR Dhian Probhoyekti, SKM, MA – Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI: Pemulihan Program Stunting dalam Masa Pandemi COVID-19

Ringkasan materi:  menjelaskan pengaruh pandemi terhadap program penurunan stunting, upaya intervensi spesifik dalam penurunan stunting, dan instrumen online yang dapat digunakan dalam perumusan program di lapangan.

MATERI     VIDEO

Dr. Siti Helmyati, DCN, M.Kes – Ketua Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia, FK-KMK UGM: Mekanisme
Dampak COVID-19 terhadap Program Gizi Masyarakat

Ringkasan materi: menjelaskan berbagai dampak pandemi Covid-19 terhadap status gizi serta program gizi masyarakat. Terdapat beberapa upaya mitigasi yang sudah dilakukan untuk mencegah dampak negatif dari pandemi.

MATERI     VIDEO

09.20 – 10.20

Pembahas:

Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, PhD – Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas

  VIDEO

Sri Wahyuni Sukotjo, Nutrition Specialist UNICEF

  VIDEO

Ir. Dodi Izwardi, MA – Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat – Badan Litbangkes Kemenkes RI

  VIDEO

DR, Dr Mubasysyr Hasanbasri, MA Kepala Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi FK-KMK UGM

MATERI     VIDEO

Moderator: Digna N.Purwaningrum, PhD

10.20 – 11.30

Sesi Diskusi

Moderator: Digna N.Purwaningrum, PhD

  VIDEO

11.30 – 12.45

Presentasi Policy Brief

Optimalisasi Pelatihan Kader Dalam Pengukuran Stunting (Alur Danting) Untuk Meminimalisir Kesalahan Dalam Input Data
Oleh Sri Herlina

MATERI

Kredit Kepemilikan Jamban Untuk Pencegahan Stunting
Oleh Silva Liem; Ignatius Praptoraharjo

MATERI

Penguatan Layanan Primer Dalam Mencegah Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil
Oleh Dian Isti Angraini; Delmi Sulastri; Hardisman dan Yusrawati

MATERI

 REPORTASE

HARI 3 – TOPIK JANTUNG

RABU, 11 NOVEMBER 2020
Tema: Dukungan DaSK untuk Memperkuat Kebijakan Jantung
PukulAcara
08.30 –08.33 WIB

Pembukaan dan pembacaan sistematika pelaksanaan Forum Nasional.

MC: Tri Muhartini, MPA

08.33 –08.45 WIB

Pembukaan

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD

VIDEO

08.45 – 09.25 WIB

Narasumber:

Dr. dr. Lucia Kris Dinarti, Sp.PD, Sp.JP(K) – UGM : Pemerataan Pelayanan Jantung di Indonesia

Ringkasan materi: Narasumber menjelaskan tentang ketidakmerataan layanan jantung dan pemetaan pusat pendidikan dokter spesialis jantung di Indonesia. Selain itu juga dibahas tentang rekomendasi kebijakan untuk mengatasi ketidakmerataan pelayanan.

VIDEO   MATERI

09.25 – 10.15 WIB

Pembahas:

Dr. Renan Sukmawan, ST, SpJP (K), PhD, MARS, FIHA, FACC – Ketua Kolegium PERKI

VIDEO

Sugianto, SKM, MSc.PH – Kepala Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Litbangkes

VIDEO   MATERI

Benjamin Saut Parulian Simanjuntak – Deputi Direksi Bidang Riset dan Inovasi, BPJS Kesehatan

VIDEO   MATERI

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD

VIDEO

Moderator: Prof. Dr. dr. Budi Yuli Setianto, Sp.PD(K), Sp.JP(K)

10.15 – 11.00 WIB

Sesi Diskusi

Moderator: Prof. Dr. dr. Budi Yuli Setianto, Sp.PD(K), Sp.JP(K)

VIDEO

11.00 – 11.35 WIB

Berbagai Isu Kebijakan dalam pelayanan Jantung di Indonesia

Disparitas Ketersediaan dan Pemanfaatan Pelayanan Cardiovascular disease (CVD) di Indonesia – Juanita dan Siti Khadijah Nasution FKM USU

VIDEO   MATERI

Cardiovascular Workforce in Other Countries – Widy, PKMK FK-KMK UGM

VIDEO   MATERI

 REPORTASE

HARI 4 – TOPIK KANKER

KAMIS, 12 NOVEMBER 2020
Tema: Dukungan DaSK untuk Memperkuat Kebijakan Kanker
PukulAcara
08.30. 08.40 WIB

Pengantar 

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD

MATERI

08.40 – 09.20 WIB

Narasumber:

Dr. dr. Ibnu Purwanto, Sp.PD-KHOM – UGM: Pemerataan Pelayanan Kanker di Indonesia.

Ringkasan materi: Narasumber menjelaskan tentang problem kanker di Indonesia dan ketidakmerataan layanan kanker yang dikaitkan dengan ketidakmerataan distribusi SDM kanker, distribusi layanan diagnostik, dan distribusi layanan terapeutik. Kemudian, dijabarkan juga beberapa usulan solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

VIDEO   MATERI

Dr. dr. Yout Savithri, MARS – Kasubdit Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan RS, Kementerian Kesehatan RI: Kebijakan pelayanan kanker di Indonesia

Ringkasan materi: Narasumber menjelaskan tentang tantangan pelayanan kanker di masa pandemic COVID-19, arah kebijakan layanan kanker dan tujuan penanggulangan kanker di Indonesia, serta strategi yang perlu dilakukan oleh RS dalam memberikan pelayanan kanker di masa pandemi COVID-19.

VIDEO   MATERI

Dr. dr. Darwito, S.H., Sp.B(K)Onk – UGM : Ketimpangan Pelayanan Kanker di Indonesia (dilihat dari hak dan kewajiban peserta BPJS Kesehatan)

Ringkasan materi:  Narasumber memaparkan tentang kesenjangan pelayanan penderita kanker antar provinsi di Indonesia berdasarkan data sample BPJS Kesehatan. Kesenjangan ini juga dilihat dari grafik migrasi layanan rujukan tingkat lanjut. Selain itu, disebutkan pula rekomendasi untuk mengatasi masalah tersebut.

VIDEO   MATERI

09.20 – 10.20 WIB

Pembahas:

Prof. DR. Dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD, KHOM, FINASM, FACP – Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) dan Ketua Yayasan Kanker Indonesia

VIDEO

Dr. dr. Samuel Johny Haryono, Sp.B (K)Onk – MRCCC Siloam Hospitals Semanggi – Editorial Board Member of Indonesian Journal of Cancer

VIDEO

Dr. Gampo Dorji – World Health Organization

VIDEO

dr. Andi Ashar, AAK – Asisten Deputi Bidang Utilisasi dan Anti Fraud Rujukan, Direktorat Pelayanan, BPJS Kesehatan

VIDEO

Moderator: dr. Yasjudan Rastrama Putra, Sp.PD

10.20 – 11.30 WIB

Sesi Diskusi

Moderator: dr. Yasjudan Rastrama Putra, Sp.PD

VIDEO

11.30 – 12.00 WIB

Berbagai Isu Kebijakan dalam pelayanan Kanker di Indonesia

VIDEO

REPORTASE