19 Oktober 2021

Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan menyelenggarakan seminar tentang “Optimalisasi Upaya Penurunan Stunting di Masa Pandemi COVID-19” untuk kebijakan masalah kesehatan prioritas Gizi (Stunting). Seminar ini merupakan subtopik 4B dari rangkaian kegiatan Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia (JKKI) ke-11 dengan tema “Resilience Kesehatan Pada Era Pandemi Melalui Pemanfaatan DaSK, Data Rutin Kesehatan, dan Reformasi Sistem Kesehatan.”

Pembukaan

Kegiatan hari ini dibuka oleh sambutan dari Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., PhD yang menyampaikan kebijakan untuk permasalahan kesehatan prioritas, khususnya terkait situasi pelayanan gizi di Indonesia berdasarkan kegiatan e-monev pemulihan pelayanan gizi dari dampak pandemi COVID-19. Laksono menyampaikan poin penting yaitu permasalahan kesehatan prioritas dapat diselesaikan dengan evidence based policy. Beberapa data yang dapat digunakan yaitu data survei yang dikombinasikan dengan data rutin e-PPGBM, sehingga banyak informasi dapat dikonfirmasi serta dipantau pelaksanaan kebijakannya.

Maria Wigati, MPH

Selanjutnya Maria Wigati, MPH menjelaskan tentang situasi penurunan stunting di Indonesia berdasarkan e-monev pemulihan program gizi dari dampak pandemi COVID-19 di 260 kabupaten/kota lokus stunting. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan data rutin yang dikonfirmasikan terlebih dahulu ke pihak dinas kesehatan kabupaten/ kota. Data yang telah terkonfirmasi kemudian dibuat visualisasi dengan dashboard interaktif sehingga dapat dilihat capaian pelaksanaan dari berbagai indikator, analisis dampak, analisis kebijakan, serta rekomendasi kebijakan yang diusulkan berdasarkan masing – masing daerah lokus. Selain itu, juga diperoleh informasi tambahan tentang beberapa penyebab turunnya capaian pelayanan kesehatan, sehingga dapat dibuat beberapa kebijakan dan inovasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing – masing.

Pada seminar ini, dihadirkan dua narasumber, yaitu dr. Inti Mujiati, MKM dari Direktorat Gizi Masyarakat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia) dan Dr. Toto Sudargo, SKM, M.Kes dari Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia (PKGM) Universitas Gadjah Mada. Sesi pembahasan dalam seminar ini dibersamai oleh tiga pembahas, yaitu Dr. Marudut Sitompul, B.Sc., MPS dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) dari BKKBN, dan Dr. drg. Dewi Marhaeni Diah Herawati, M.Si dari Universitas Padjadjaran, serta moderator diskusi yaitu Digna Niken Purwaningrum, S.Gz., MPH, PhD.

Sesi 1: Pemaparan Materi

dr. Inti Mujiati, MKM

Materi pertama disampaikan oleh dr. Inti Mujiati, MKM, yaitu tentang upaya menjamin keberlangsungan penurunan stunting selama pandemi dan prediksi pasca pandemi COVID-19. Apabila dilihat dari aspek kesehatan dan gizi, pandemi COVID-19 memberikan dampak terhadap turunnya pendapatan yang mempengaruhi daya beli masyarakat, sehingga terjadi perubahan pola konsumsi dan akses pelayanan kesehatan menjadi terbatas. Salah satu permasalahan gizi di Indonesia yang termasuk ke dalam target pembangunan kesehatan 2020-2024 adalah penurunan angka prevalensi stunting menjadi 14% pada 2024.

Beberapa strategi penurunan stunting yang telah dilakukan yaitu dengan meningkatkan deteksi dini serta memperluas pemahaman dan pengadaan kegiatan pencegahan stunting. Kegiatan tersebut dilakukan dengan sasaran utama pada ibu hamil serta remaja yang dilaksanakan melalui Posyandu, Puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya. Meskipun pandemi COVID-19 masih ada sampai sekarang, kegiatan – kegiatan tersebut tetap dilaksanakan dengan melakukan modifikasi pelayanan serta membuat inovasi pelayanan baru yang disesuaikan dengan protokol kesehatan dan memanfaatkan teknologi digital. Selain itu, penguatan konvergensi dan optimalisasi pelaksanaan intervensi spesifik dan sensitif juga perlu dikuatkan agar target stunting sebanyak 14% pada 2024 dapat dicapai.

Pemaparan materi kedua disampaikan oleh Dr. Toto Sudargo, SKM, M.Kes, yaitu terkait tantangan dalam upaya penurunan stunting di masa pandemi COVID-19. Seperti yang telah diketahui bersama, pandemi COVID-19 memiliki dampak dalam bidang pangan dan gizi. Salah satu dampak terhadap gizi yaitu terjadinya stunting. Stunting telah terjadi sejak lama yang kemudian kejadian stunting diperparah dengan adanya pandemi COVID-19. Beberapa tantangan yang dihadapi yaitu banyak keluarga kehilangan sumber pendapatan, adanya pembatasan aktivitas sosial, bantuan sosial (mie instan dan susu kental manis) yang diberikan memiliki kandungan gizi yang sedikit, serta adanya refocusing anggaran dari pemerintah. Meskipun demikian, program gizi untuk penurunan stunting harus tetap dilakukan agar tidak memberikan dampak yang semakin buruk. Pelaksanaan program gizi sempat terhambat karena adanya pandemi COVID-19, namun saat ini pelaksanaannya telah disesuaikan secara daring sesuai dengan protokol kesehatan. Beberapa upaya yang telah dilakukan yaitu melakukan pendampingan dan memberikan motivasi untuk kelompok sasaran, melakukan monitoring dan evaluasi, serta meningkatkan promosi kesehatan.

Sesi 2: Pembahasan

Dr. Marudut Sitompul, B.Sc., MPS

Pembahasan pertama disampaikan oleh Dr. Marudut Sitompul, B.Sc., MPS yang menyampaikan tentang respon terhadap tantangan dalam upaya penurunan stunting di masa pandemi COVID-19. Bantuan sosial yang diberikan belum memiliki kandungan gizi yang baik, sehingga perlu melibatkan tenaga kesehatan dalam menentukan kandungan gizi yang layak diberikan kepada masyarakat sebagai bantuan sosial.

Penerapan rekomendasi dari WHO (2020) perlu diadaptasi karena beberapa rekomendasi tidak sesuai dengan kondisi pelaksanaan di lapangan. Selain itu, upaya lain yang dapat dilakukan yaitu dengan mempertahankan daya tahan tubuh dengan memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi serta mengkonsumsi suplemen. Tele konsultasi dan tele konseling juga perlu dilakukan untuk masyarakat yang membutuhkan. Oleh sebab itu, penanggulangan stunting sebaiknya diimplementasikan secara terintegrasi agar dapat mencapai 5 pilar percepatan penurunan stunting, memberdayakan masyarakat, serta mengantisipasi kekurangan yang ada di daerah.

Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K)

Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) sebagai pembahas kedua menyampaikan tentang optimalisasi upaya penurunan stunting di masa pandemi COVID-19. Stunting memberikan dampak tersendiri selama pandemi COVID-19, salah satunya dipicu karena adanya kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini diperkuat dengan fakta naiknya kasus kematian ibu, bayi dan balita selama pandemi COVID-19. Berdasarkan situasi tersebut, maka diperlukan optimalisasi untuk mencegah stunting, misal dengan memberikan himbauan untuk pasangan usia subur, menyesuaikan skema pelayanan KB di era kebiasaan baru, melakukan percepatan vaksinasi COVID-19, serta memperbaiki strategi penurunan stunting dengan melakukan refocusing anggaran dengan konsep inkubasi.

 

Dr. drg. Dewi Marhaeni Diah Herawati, M.Si

Dr. drg. Dewi Marhaeni Diah Herawati, M.Si sebagai pembahas terakhir menyampaikan tentang situasi penanganan stunting di Provinsi Jawa Barat pada masa pandemi COVID-19. Berdasarkan hasil e-monev diketahui bahwa dari 10 daerah lokus yang didampingi, 8 lokus di antaranya memiliki status terdampak sedang, 1 lokus terdampak berat, dan 1 lokus terdampak ringan. Cakupan intervensi gizi spesifik untuk penanganan stunting diketahui menurun selama pandemi COVID-19, sehingga memunculkan berbagai kegiatan inovatif dari puskesmas di daerah lokus, misal dengan melakukan pemantauan pertumbuhan secara door to door, pemberian vitamin A ke ibu atau pengasuh di rumah, serta pemberian berbagai edukasi yang relevan. Selain itu, berbagai rekomendasi kebijakan telah diusulkan untuk berbagai sasaran yang disesuaikan dengan kondisi masing – masing daerah.

 

Sesi 3: Diskusi

Moderator: Digna Purwaningrum

Narasumber menekankan terkait deteksi dini sebaiknya dilakukan sejak kehamilan trimester pertama, sehingga akan lebih cepat diketahui risiko terjadinya stunting serta upaya pencegahan dapat dilakukan lebih awal. Stunting tidak mungkin diselesaikan oleh pihak kesehatan saja, tetapi juga memerlukan peran dari berbagai pihak lainnya. Berbagai inovasi pelayanan bisa dilakukan dengan melibatkan lintas sektor agar tercapai tujuan yang diinginkan. Selain itu, terdapat usulan agar ahli gizi dapat ditempatkan di setiap desa untuk mendukung terlaksananya program gizi dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya manusia dan regulasi yang ada.

 

 

 

Sesi 4: Presentasi Policy Brief

Pada sesi terakhir disampaikan video presentasi 5 policy brief terpilih tentang kebijakan terkait stunting. Masing – masing policy brief beserta judulnya disampaikan oleh (1) Tri Siswati, Yustiana Olfah, Herni Endah, Widyawati, Anita Rahmawati, Agus Sarwo Prayogi dengan judul “Posyandu Prakonsepsi: Pemberdayaan Remaja Dalam Mencegah Stunting Sejak Dini,” (2) Syarifah dengan judul “Mengatasi Stunting dengan Social Channel Lembaga Keagamaan,” (3) Dr. dr. Lucy Widasari dengan judul “Layanan Terpadu Satu Pintu Bagi Calon Pengantin,” (4) M. Fadhli Fadhillah dengan judul “Implementasi dalam Penanganan Stunting di Indonesia yang Belum Optimal,” serta (5) Dahril dengan judul “Optimalisasi Pencapaian ODF Program STBS Pilar Stop BABS.” Berbagai permasalahan disampaikan beserta dengan usulan-usulan kebijakan sebagai solusinya. Berkaitan dengan policy brief yang telah disampaikan, narasumber memberikan tanggapan bahwa penanganan stunting tidak bisa hanya dilakukan setelah bayi itu lahir, tetapi ketika proses kehamilan berlangsung itu menjadi salah satu tonggak utama dalam penanganan stunting. Pemenuhan asupan gizi sebaiknya tidak dikembalikan ke konsep “4 sehat 5 sempurna” dan diganti dengan konsep terbaru yaitu gizi seimbang. Selain itu, berbagai pendekatan lain yang telah diusulkan bisa dikombinasikan dengan pemanfaatan teknologi digital.

Reporter: Rokhana Rusdiati

  Agenda Terkait: