Kamis, 21 Oktober 2021

Pusat Kebijakan Manajemen Kesehatan menyelenggarakan seminar tentang “Tantangan dan Peluang Pelayanan KIA di Masa Pandemi COVID-19” untuk kebijakan masalah kesehatan prioritas Layanan Kanker. Seminar ini merupakan sub topik 4D dari rangkaian kegiatan Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia (JKKI) ke-11 dengan tema “Resilience Kesehatan Pada Era Pandemi Melalui Pemanfaatan DaSK, Data Rutin Kesehatan, dan Reformasi Sistem Kesehatan.”

Pembukaan

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D

Kegiatan hari ini dibuka oleh sambutan dari Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D yang menyampaikan tentang kebijakan untuk permasalahan kesehatan prioritas, khususnya terkait situasi layanan kanker di Indonesia. Masalah klinis seperti kanker dan jantung perlu ditangani dengan kebijakan berbasis bukti. Untuk menentukan sebuah keputusan diperlukan analisis data, penelitian kebijakan dan analisis kebijakan. Isu utama yang dikaji meliputi pemerataan, keberlangsungan dan ketahananan layanan kanker.

Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. menyampaikan bahwa ketersediaan SDM Kanker, fasilitas, dan layanan kanker belum merata serta Jawa dan sekitar mendapatkan pembayaran lebih banyak dibandingkan dengan provinsi lainnya mengakibatkan equity belum tercapai.

 

M. Faozi Kurniawan, SE,Akt,MPH

Selanjutnya M. Faozi Kurniawan, SE,Akt,MPH menjelaskan terkait situasi layanan kanker di Indonesia berdasarkan data survey dan rutin yang terdapat di DaSK. Data survey meliputi data beban penyakit dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Sedangkan data rutin yang digunakan meliputi data BPJS Kesehatan 2015 – 2018 dan data persebaran rumah sakit.  Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi kanker mencapai 1,79 per per 1000 penduduk, naik pada 2013 sebanyak 1,4 per 1000 penduduk. Data rumah sakit yang memberikan layanan kanker menunjukkan persebaran rumah sakit masih berpusat di Jawa. Sedangkan berdasarkan data BPJS Kesehatan 2015 – 2018, layanan kanker menempati posisi kedua pembiayaan terbanyak penyakit katastropik. Terbatasnya fasilitas dan pendanaan yang ada akan mempersulit ketahanan layanan kanker terutama di masa pandemi dan pasca pandemi COVID-19.

Pada seminar kali ini dimoderatori oleh dr. Yasjudan Rastrama Putra, Sp.PD dengan dua narasumber, yaitu dr. Elfira, MARS dari Bidang Pelayanan RS Kanker Dharmais dan Dr. dr. Ibnu Purwanto, Sp.PD-KHOM dari FK – KMK UGM. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan dari Dr. dr. Dedy Hermansyah, Sp.B(K)Onk dari Universitas Sumatera Utara dan dr. Wiwi Ambarwati, MKM dari Sub Koordinator Pemantauan dan Evaluasi Rumah Sakit Pendidikan, Direktorat Pelayanan Rujukan, Kementerian Kesehatan.

 

Sesi 1 Pemaparan

dr. Elfira, MARS

Materi pertama disampaikan oleh dr. Elfira, MARS mengenai dampak pandemi COVID-19 terhadap layanan kanker. Sebelum pandemi COVID-19 berlangsung, layanan kanker di RS Dharmais mengutamakan pada pelayanan kontinuitas terapi kanker dan memiliki ruang isolasi tekanan negatif sebanyak 3 ruang meliputi 2 ruang rawat inap dan 1 IGD. Namun, pada awal pandemi berlangsung, RS Dharmais mengalami keterbatasan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan dan SDM yang bertugas karena keterbatasan mobilitas. Selama pandemic berlangsung, RS Dharmais telah menambah 15 ruang isolasi tekanan negatif dan screening pasien. Screening pasien yang dilakukan mengakibatkan penundaan pelayanan bagi pasien yang terkonfirmasi COVID-19. Hal ini mengakibatkan penumpukan antrian rawat inap ketika kasus COVID-19 mulai menurun. Oleh karena itu, RS Dharmais melakukan inovasi layanan berupa konsultasi online (bagi pasien non BPJS), menggalakkan vaksinasi bagi pasien dan keluarga, serta persiapan terapi selanjutnya.

Dr. dr. Ibnu Purwanto, Sp.PD-KHOM

Materi kedua disampaikan oleh Dr. dr. Ibnu Purwanto, Sp.PD-KHOM mengenai ketahanan layanan kanker dalam pandemic COVID-19. Pasien kanker lebih membutuhkan ventilator terutama jika terkonfirmasi COVID-19. Hal ini dapat meningkatkan morbiditas pasien kanker. Pemberlakuan PSBB dan melonjaknya kasus COVID-19 mengakibatkan penurunan kunjungan dan tindakan operasi pada pasien kanker di rumah sakit. Hal ini menunjukkan COVID-19 mengganggu layanan kanker. Dalam rangka menjamin ketahanan layanan kanker di masa pandemi diperlukan upaya vaksinasi pada pasien kanker dan prioritasi pasien kanker untuk mendapatkan terapi.

 

 

Sesi 2 Pembahasan

Pembahas pertama yaitu Dr. dr.Dedy Hermansyah, Sp.B(K)Onk yang menyampaikan COVID-19 memberikan dampak pada layanan kanker yaitu tertundanya pelayanan kanker. Di RSUP Haji Adam Malik Medan selama April hingga Juni 2020 terjadi penurunan pada tindakan operasi kanker. Bahkan pada Agustus 2020 tidak terdapat tindakan operasi kanker dikarenakan terbatasnya APD dan tenaga kesehatan yang terkena COVID-19. Berdasarkan data BPJS Kesehatan regional Aceh dan Sumatera Utara, pengeluaran BPJS untuk penyakit kanker menempati posisi 4. Hal ini dikarenakan banyak pasien yang datang dalam stadium lanjut. Merupakan tugas bersama untuk menekan pengeluaran BPJS ini dengan mendeteksi lebih awal pasien kanker sehingga dapat ditangani dengan baik. Selain itu, vaksinasi pada pasien kanker merupakan hal penting untuk dilakukan terutama di masa pandemic COVID-19.

dr. Wiwi Ambarwati, MKM

Pembahas kedua yaitu dr. Wiwi Ambarwati, MKM yang menyampaikan bahwa kanker merupakan tantangan kesehatan di Indonesia. Kanker memerlukan pengobatan yang lama, pembiayaaan yang tinggi dan pelayanan yang rutin. Selain itu, akses yang terbatas juga menjadi permasalahan tersendiri. Tantangan layanan kanker di masa pandemi menghadapi double burden. Akses dan mutu pelayanan kanker hingga saat ini belum terpenuhi dan merata sehingga Kementerian Kesehatan akan mengoptimalkan pengembangan jejaring dan stratifikasi layanan kanker serta pengembangan SDM.

 

 

 

Sesi Diskusi

Pada sesi ini menekankan pada kegiatan telemedicine yang banyak dilakukan di masa COVID-19. Namun, hal ini tidak dapat diterapkan di semua daerah seperti di Sumatera Utara, dimana banyak masyarakat yang masih awam terhadap hal ini. Selain itu pembiayaan telemedicine belum dapat dibebankan pada pembiayaan BPJS Kesehatan. Sehingga bagi yang telah memanfaatkan inovasi ini harus berbayar seperti yang dilakukan di RS Dharmais.

Presentasi Policy Brief

Pada sesi terakhir disampaikan 2 video presentasi policy brief terpilih tentang kebijakan pelayanan kanker. Masing – masing policy brief beserta judulnya disampaikan oleh John Toding Padang dengan judul “Layanan Palliative Care Pada Penyintas Kanker di Masa Pandemi” dan Dr. Eka Lestari Mahyuni, S.KM., M.Kes dengan judul “Gempar Strategi Pencegahan Risiko Keracunan Pestisida”. Pada sesi ini diberikan komentar oleh dr. Yasjudan Rastrama Putra, Sp.PD dan Tri Muhartini, MPA (Peneliti PKMK UGM) terkait policy brief terpilih. Komentar yang diberikan terkait struktur dari policy brief, yaitu sasaran policy brief yang harus spesifik missal kementerian, lembaga, ataupun kepala daerah tertentu. Selain itu, isu yang disampaikan harus sesuai untuk disampaikan di level nasional atau daerah.

Agenda Terkait: